A.
KERAJAAN ISLAM DI SEKITAR SELAT MALAKA
1. SAMUDERA PASAI
Kerajaan Samudera Pasai terletak di
daerah pantai Timur Pulau Sumatera bagian Utara yang berdekatan dengan jalur
pelayaran perdagangan internasional pada
masa itu, yakni Selat Malaka.
Kehidupan
Politik
Raja-raja yang memerintah Samudera
Pasai:
Nazimuddin al Kamil à mendirikan sebuah kerajaan di Pulau Sumatera bagian Utara. Tujuannya
adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Sistem pemerintahannya berlandaskan
hukum-hukum ajaran Islam.
Sultan Malikul Saleh (1285-1297)
Pada masa pemerintahannya kerajaan
Samudera Pasai berkembang menjadi Bandar
Dagang yang besar dan penting bagi perdagangan mancanegara.
Sultan Malikul Thahir (1297-1326)
Pada masa pemerintahannya, singgah
seorang musafir dari Maroko yang bernama Ibnu Batutah.
Sultan Malikul Thahir kemudian
digantikan oleh Sultan Mahmuh Malik az Zahir. Namun, pada masa
pemerintahannya kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran. Adiknya yang
bernama Mansur Malik az-Zahir memisahkan diri sehingga kerajaan terpecah pada
tahun 1521.
Kesajaan Samudera Pasai dikuasai oleh
Portugis selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 dikuasai oleh Ali Mughayat Syah
dari Aceh. Selanjutnya, Samudera Pasa berada dibawah kekuasaan Aceh.
Kehidupan
Sosial
·
Kerajaan Samudera Pasai
berlandaskan ajaran Islam (hukum Islam).
·
Karenan berlandaskan pada hukum
Islam yang banyak persamaannya dengan kehidupan sosial masyarakat Arab, maka
daerah itu mendapat julukan”Serambi Mekah”.
Kehidupan Ekonomi
·
Kehidupan ekonomi kerajaan ini
menitikberatkan pada sektor perdagangan.
·
Kerajaan Samudera Pasai berkembang
menjadi bandar besar dan penting bagi perdagangan internasional.
Kehidupan Budaya
·
Tidak banyak ditemukan hasil
budaya.
·
Salah satu contoh hasil budayanya adalah
batu nisan atau jirat putri Raja Pasai yang didatangkan dari Gujarat.
2. KERAJAAN ACEH
Kerajaan Aceh dirintis oleh Mudzaffar
Syah pada abad ke 15. Status kerajaan penuh diraih semasa pemerintahan Ali
Mughayat Syah, sebagai hasil penyatuan dua kerajaan, yakni Lamuri dan Dar
al-Kalam.
Kehidupan
Politik
Kerajaan Aceh yang terletak di ujung
Barat Pulau Sumatera pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut:
Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528).
Dibawah kekuasaannya kerajaan Aceh
melakukan perluasan ke beberapa daerah yang berada di wilayah Sumatera Utara,
seperti daerah Daya dan Pasai.
Sultan Salahuddin (1528-1537)
Selama berkuasa Sultan Salahuddin kurang
memperhatikan kerajaannya. Akibatnya, kerajaan mulai goyah dan mengalami
kemunduran.
Sultan Alauddin Riayat Syah
(1537-1568)
Dibawah pemerintahannya Aceh berkembang
menjadi bandar utama di Asia bagi pedagang muslim mancanegara. Sejak Malak
direbut Portugis, para pedagang menghindari Selat Malaka dan beralih menyusuri
pesisir Barat Sumatera, ke Selat Sunda, lalu terus ke Timur Indonesia atau
langsung ke Cina.
Sultan Iskandar Muda (awal abad
ke-17)
Untuk memperkuat kedudukan Aceh sebagai
pusat perdagangan, ia memelopori sejumlah tindakan sebagai berikut:
·
Sultan Iskandar Muda merebut
sejumlah pelabuhan penting dipesisir Barat dan Timur Sumatra, serta pesisir
Barat Semenanjung Malaya. Misalnya Aceh sempat menaklukkan Johor dan Pahang.
·
Sultan Iskandar Muda menyerang
kedudukan Portugis di Malaka dan kapal-kapalnya yang melalui Selat Malaka. Aceh
sempat memenangkan perang melawan armada Portugis di sekitar Pulau Binta pada
tahun 1614.
·
Sultan Iskandar Muda bekerja sama
dengan Inggris dan Belanda untuk memperlemah pengaruh Portugis. Sultan Iskandar
Muda mengizinkan persekutuan dagang kedua negara itu untuk membuka kantornya di
Aceh.
Sultan Iskandar Thani
Sultan
Iskandar Thani lebih memperhatikan pembangunan dalam negeri daripada politik
ekspansi. Meskipun hanya memerintah selama empat tahun, Aceh mengalami suasana
damai. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani juga ditandai oleh perhatiannya
terhadap studi Agama Islam. Berkembangnya studi agama Islam turut didukung oleh
kehadiran Nuruddin ar-Raniri, seorang ulama besar dari Gujarat yang menulis
kitab sejarah Aceh yang berjudu l”Bustanu’s
Salatin”.
Kehidupan Sosial
·
Masyarakat Aceh terdiri dari empat
golongan: (1) Golongan Teuku (kaum bangsawan yang memegang kekuasaan pemerintah
sipil), (2) Golongan Teungku (kaum ulama yang memegang peranan penting dalam
keagamaan), (3) Hulubalang atau ulebalang (para prajurit), (4) Golongan rakyat
biasa.
Kehidupan Ekonomi
·
Kerajaan Aceh menitikberatkan
bidang ekonomi pada kegiatan perdagangan.
·
Barang yang diperdagangkan dari
Aceh, antara lain: lada, beras, timah, emas, perak dan rempah-rempah (dari
Maluku).
Kehidupan Budaya
·
Masjid Baiturrahman dan buku Bustanu’s Salatin.