/ Miftahul Jannah: KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA Sumber: Agar Posting Blog tidak bisa di Copy Paste! | jagoBlog.com

Jumat, 26 April 2013

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA



A.        KERAJAAN ISLAM DI SEKITAR SELAT MALAKA

1.    SAMUDERA  PASAI
Kerajaan Samudera Pasai terletak di daerah pantai Timur Pulau Sumatera bagian Utara yang berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan internasional  pada masa itu, yakni Selat Malaka.

Kehidupan Politik
Raja-raja yang memerintah Samudera Pasai:

Nazimuddin al Kamil à mendirikan sebuah kerajaan di Pulau Sumatera bagian Utara. Tujuannya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Sistem pemerintahannya berlandaskan hukum-hukum ajaran Islam.

Sultan Malikul Saleh (1285-1297)
Pada masa pemerintahannya kerajaan Samudera Pasai  berkembang menjadi Bandar Dagang yang besar dan penting bagi perdagangan mancanegara.

Sultan Malikul Thahir (1297-1326)
Pada masa pemerintahannya, singgah seorang musafir dari Maroko yang bernama Ibnu Batutah.
Sultan Malikul Thahir kemudian digantikan oleh Sultan Mahmuh Malik az Zahir. Namun, pada masa pemerintahannya kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran. Adiknya yang bernama Mansur Malik az-Zahir memisahkan diri sehingga kerajaan terpecah pada tahun 1521.
Kesajaan Samudera Pasai dikuasai oleh Portugis selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 dikuasai oleh Ali Mughayat Syah dari Aceh. Selanjutnya, Samudera Pasa berada dibawah kekuasaan Aceh.

Kehidupan Sosial
·         Kerajaan Samudera Pasai berlandaskan ajaran Islam (hukum Islam).
·         Karenan berlandaskan pada hukum Islam yang banyak persamaannya dengan kehidupan sosial masyarakat Arab, maka daerah itu mendapat julukan”Serambi Mekah”.

Kehidupan Ekonomi
·         Kehidupan ekonomi kerajaan ini menitikberatkan pada sektor perdagangan.
·         Kerajaan Samudera Pasai berkembang menjadi bandar besar dan penting bagi perdagangan internasional.

Kehidupan Budaya
·           Tidak banyak ditemukan hasil budaya.
·           Salah satu contoh hasil budayanya adalah batu nisan atau jirat putri Raja Pasai yang didatangkan dari Gujarat.


2.    KERAJAAN ACEH
Kerajaan Aceh dirintis oleh Mudzaffar Syah pada abad ke 15. Status kerajaan penuh diraih semasa pemerintahan Ali Mughayat Syah, sebagai hasil penyatuan dua kerajaan, yakni Lamuri dan Dar al-Kalam.

Kehidupan Politik
Kerajaan Aceh yang terletak di ujung Barat Pulau Sumatera pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut:

Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528).
Dibawah kekuasaannya kerajaan Aceh melakukan perluasan ke beberapa daerah yang berada di wilayah Sumatera Utara, seperti daerah Daya dan Pasai.

Sultan Salahuddin (1528-1537)
Selama berkuasa Sultan Salahuddin kurang memperhatikan kerajaannya. Akibatnya, kerajaan mulai goyah dan mengalami kemunduran.

Sultan Alauddin Riayat Syah (1537-1568)
Dibawah pemerintahannya Aceh berkembang menjadi bandar utama di Asia bagi pedagang muslim mancanegara. Sejak Malak direbut Portugis, para pedagang menghindari Selat Malaka dan beralih menyusuri pesisir Barat Sumatera, ke Selat Sunda, lalu terus ke Timur Indonesia atau langsung ke Cina.

Sultan Iskandar Muda (awal abad ke-17)
Untuk memperkuat kedudukan Aceh sebagai pusat perdagangan, ia memelopori sejumlah tindakan sebagai berikut:
·         Sultan Iskandar Muda merebut sejumlah pelabuhan penting dipesisir Barat dan Timur Sumatra, serta pesisir Barat Semenanjung Malaya. Misalnya Aceh sempat menaklukkan Johor dan Pahang.
·         Sultan Iskandar Muda menyerang kedudukan Portugis di Malaka dan kapal-kapalnya yang melalui Selat Malaka. Aceh sempat memenangkan perang melawan armada Portugis di sekitar Pulau Binta pada tahun 1614.
·         Sultan Iskandar Muda bekerja sama dengan Inggris dan Belanda untuk memperlemah pengaruh Portugis. Sultan Iskandar Muda mengizinkan persekutuan dagang kedua negara itu untuk membuka kantornya di Aceh.

Sultan Iskandar Thani
Sultan Iskandar Thani lebih memperhatikan pembangunan dalam negeri daripada politik ekspansi. Meskipun hanya memerintah selama empat tahun, Aceh mengalami suasana damai. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani juga ditandai oleh perhatiannya terhadap studi Agama Islam. Berkembangnya studi agama Islam turut didukung oleh kehadiran Nuruddin ar-Raniri, seorang ulama besar dari Gujarat yang menulis kitab sejarah Aceh yang berjudu l”Bustanu’s Salatin”. 

Kehidupan Sosial
·         Masyarakat Aceh terdiri dari empat golongan: (1) Golongan Teuku (kaum bangsawan yang memegang kekuasaan pemerintah sipil), (2) Golongan Teungku (kaum ulama yang memegang peranan penting dalam keagamaan), (3) Hulubalang atau ulebalang (para prajurit), (4) Golongan rakyat biasa.

Kehidupan Ekonomi
·         Kerajaan Aceh menitikberatkan bidang ekonomi pada kegiatan perdagangan.
·         Barang yang diperdagangkan dari Aceh, antara lain: lada, beras, timah, emas, perak dan rempah-rempah (dari Maluku).

Kehidupan Budaya
·           Masjid Baiturrahman dan buku Bustanu’s Salatin.

Tidak ada komentar: