ANALISIS KEBUTUHAN PADA MATA PELAJARAN SEJARAH*
Miftahul Jannah**
Pendahuluan
Menganalisis kebutuhan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam mendesain pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan desain yang dikembangkan untuk siswa. Mendesain pembelajaran yang diawali dengan studi kebutuhan memungkinkan hasilnya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh individu yang memerlukannya.
Dalam konteks pengembangan kurikulum,John McNeil (1985) mendefinisikan need assesment sebagai: “the process by which one defines educational needs and decides what their priorities are”. Jadi menurut McNeil, assessment itu adalah proses menentukan prioritas kebutuhan pendidikan. Selanjutnya, ia mendefinisikan tentang kebutuhan sebagai “...a condition in which there is a discrepancy between an acceptable state of learner behavior or attitude and an observed learner state”.
Sejalan dengan pendapat McNeil, Seels dan Glasgow (1990) menjelaskan tentang pengertian need assessment: “it means a plan for gathering information about discrepancies an for using that information to make decisions about priorities”. Kebutuhan itu pada dasarnya adalah kesenjangan (discrepancies) antara apa yang telah tersedia dengan apa yang diharapkan dan need assessment adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan (Sanjaya,2008:92).
Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian need assessment, seperti yang dikemukakan baik oleh McNeil maupun Glasgow. Pertama, need assessment merupakan suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan need assessment. Need assessment bukanlah suatu hasil, akan tetapi suatu aktivitas tertentu dalam upaya mengambil keputusan tertentu. Kedua, kebutuhan itu sendiri pada hakikatnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan (Sanjaya,2008:92).
Dengan demikian, maka need assessment itu adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kesenjangan yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki.
Kegiatan melaksanakan need assessment merupakan suatu kegiatan yang pertama kali harus dilakukan dalam setiap model desain instruksional. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya melacak informasi tentang harapan dan kenyataan, yakni kemampuan yang diharus dimiliki dengan kemampuan yang telah dimiliki. Dimana need assessment adalah penelusuran tentang proses belajar, kebutuhan peserta didik serta harapan yang harus dicapai dalam proses belajar lanjutan (Prawiradilaga,2007:27).
Need assessment yang akan dibahas pada makalah ini adalah analisis yang terkait pada mata pelajaran Sejarah. Need assessment, yang akan dilakukan pada mata pelejaran sejarah adalah mengenai cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik.
Langkah-langkah analisi kebutuhan (need assessment), sebagai suatu proses, need assessment terdiri atas rangkaian kegiatan yang diawali oleh kegiatan mengumpulkan informasi dan berakhir pada perumusan masalah (Sanjaya,2008:92).
Menurut Sanjaya (2008:93), adapun langkah-langkah analisis kebutuhan adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi
2. Identifikasi kesenjangan
3. Analisis performance
4. Identifikasi hambatan dan sumber
5. Identifikasi karakteristik siswa
6. Identifikasi prioritas dan tujuan
7. Merumuskan masalah
Analisis kebutuhan yang akan dilakukan adalah mata pelajaran Sejarah, dengan standar kompetensi: Memahami prinsip dasar ilmu sejarah.
Analisis Kebutuhan Pada Mata Pelajaran Sejarah
1. Tahap Pengumpulan Informasi
Dalam merancang pembelajaran pertama kali seorang desainer perlu memahami terlebih dahulu informasi tentang siapa dapat mengerjakan apa, siapa memahami apa, siapa yang akan belajar, kendala-kendala apa yang dihadapi, dan bagaimana pengaruh keadaan tertentu terhadap karakteristik siswa (Sanjaya,2008:93).
Pengumpulan informasi pada analisis kebutuhan ini akan terkait pada standar kompetensi Menganalisis Peradaban Indonesia dan Dunia. Hal –hal yang perlu dibahas pada standar kompetensi ini adalah mengapa standar kompetensi ini perlu diberikan kepada peserta didik? Kendala-kendala apa yang dihadapi? Dan bagaimana pengaruh keadaan tertentu terhadap karakteristik siswa dalam proses pembelajaran?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas akan dijawab dengan cara menganalisis secara seksama mengapa standar kompetensi ini perlu diberikan kepada peserta didik? Terkait dengan salah satu tujuan dari proses pembelajaran sejarah maka standar kompetensi ini, wajib diberikan kepada siswa dengan harapan siswa akan dapat memahami prinsip dasar ilmu sejarah. Karena pada konsepnya sejarah terkait dengan masa lampau. Masa lampau ini berisi peristiwa dan setiap peristiwa sejarah hanya terjadi sekali. Jadi pembelajaran sejarah adalah pembelajaran peristiwa sejarah dan perkembangan masyarakat yang telah terjadi. Sementara materi pokok pembelajaran sejarah adalah produk masa kini berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada.
Karena itu dalam pembelajaran sejarah harus lebih cermat, kritis, berdasarkan sumber-sumber dan tidak memihak menurut kehendak sendiri dan kehendak pihak-pihak tertentu.
Siswa Sebagai Objek Belajar
Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Mereka dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga melalui proses pengajaran mereka dituntut memahami segala sesuatu yang diberikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru. Jenis informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari kadang-kadang tidak berpijak dari kebutuhan siswa, baik dari segi pengembangan bakat maupun dari minat siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan apa yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat (Sanjaya,2008:96).
Dengan keadaan diatas, jika siswa sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya, bahkan untuk belajar dengan gayanya, sangat terbatas. Sebab, dalam proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
Namun tidak demikian perlakuan yang didapatkan oleh siswa di SMA PGRI Pulau Harapan Banyuasin III, khususnya mata pelajaran Sejarah, disini siswa bisa memberikan pendapat tentang proses pembelajaran yang diinginkan. Apakah dengan metode ceramah atau diskusi kelompok (cooperative learning), dengan demikian diharapkan siswa akan dapat dalam merangkai satu fakta dengan fakta yang lain, dalam menjelaskan peristiwa sejarah yang satu dengan peristiwa sejarah yang lain perlu mengingat prinsip sebab-akibat, dimana peristiwa yang satu diakibatkan oleh peristiwa sejarah lain dan peristiwa sejarah yang satu akan menjadi sebab peristiwa sejarah berikutnya.
Mengapa Need Assessment dibutuhkan?
Jika berbicara mengapa need assessment dibutuhkan? ini terkait pada hasil proses pembelajaran. Pada mata pelajaran Sejarah need assessment yang dibutuhkan adalah penilaian kognitif dan afektif, karena materi pelajaran sejarah mencakup fakta, konsep, prinsip atau hukum. Pemilihan materi pembelajaran harus sesuai dengan tuntutan kompetensi. Need assessment dibutuhkan karena dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar, pada mata pelajaran sejarah apabila setiap siswa telah mengerjakan tugas yang diberikan akan diberi penialain sesuai dengan tingkat kognitif siswa masing-masing dengan demikian akan memotivasi siswa untuk menjadi lebih baik, hal ini dapat dilihat dari ekspresi siswa ketika mengatahui hasi dari tes maupun tugas yang diberikan.
Meliputi apa saja need assessment
Pada mata pelajaran Sejarah need assessment yang dibutuhkan adalah penilaian yang bersifat kognitif dan afektif. Seperti yang dikatakan Bloom (1977), tujuan yang mempunyai titik berat kemampuan berpikir disebut tujuan dalam kawasan kognitif. Kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi sesuatu merupakan jenjang kemampuan dalam kawasan ini. Jika merujuk pada pendapat Bloom diatas maka siswa SMA PGRI Pulau Harapan Banyuasin III, belum sepenuhnya memiliki tingkat kognitif yang tinggi hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang akan dibahas lebih lanjut pada bagian Identifikasi Hambatan dan Sumber.
Afektif tujuannya, berintikan pada kemampuan bersikap. Sejauh mana sikap siswa terhadap segala sesuatu baik sikap terhadap pengaplikasian hasil belajar maupun sikap terhadap lingkungan sosial, hal ini akan menambah penilaian bagi siswa, jadi tidak hanya kognitif yang diutamakan afektif juga memegang peranan penting terhadap proses pembelajaran. Dengan adanya need assessment ini diharapkan nantinya dapat menyusun Tujuan Instruksional Umum untuk mata pelajaran sejarah.
2.Tahap Identifikasi Kesenjangan
Dalam mengidentifikasikan kesenjangan Kaufman dan English (1979), menjelaskan identifikasi kesenjangan melalui Organizational Elements Model (OEM). Dalam model OEM, Kaufman menjelaskan adanya lima elemen yang saling berkaitan. Dua elemen pertama, yaitu input dan proses adalah bagaimana menggunakan setiap potensi dan sumber yang ada; sedangkan elemen terakhir meliputi produk output dan outcome merupakan hasil akhir dari suatu proses (Sanjaya,2008:95).
Dengan demikian yang termasuk komponen input, meliputi kondisi yang tersedia diantaranya adalah guru, siswa, problem, tujuan, materi kurikulum yang ada. Jika dikaitkan dengan kategori diatas maka guru untuk mata pelajaran sejarah pada SMA PGRI Pulau Harapan Banyuasin III terdapat dua orang guru, dengan jumlah siswa sekitar 147 orang, problem yang dihadapi adalah kekurangan sarana dan prasarana penunjang dalam proses pembelajaran, materi kurikulum yang dipakai adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), khususnya untuk mata pelajaran sejarah siswa diharapkan mampu untuk menganalisis setiap peristiwa sejarah.
Komponen proses, meliputi pelaksanaan pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan kurikulum, dalam pembelajaran sejarah indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Komponen output, meliputi ijazah kelulusan, ketrampilan prasyarat, lisensi. Komponen outcome, meliputi kecukupan dan kontribusi individu atau kelompok saat ini dan masa depan. Outcome, merupakan hasil akhir yang diperoleh dan dapat diterima dalam masyarakat. Melalui analisis hasil, desainer dapat menentukan sejauh mana hasil yang diperoleh dapat berkontribusi pada pencapaian tujuan khususnya tujuan dari proses pembelajaran tersebut.
3. Analisis Performance
Menganalisis performance dilakukan setelah desainer memahami berbagai informasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada (Sanjaya,2008:96). Analisis performance meliputi beberapa hal diantaranya adalah:
§ Mengidentifikasi guru. Bagaimana kinerja guru selama ini dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam penglolaan pembelajaran? Sejauh pengamatan saya jika berkaitan dengan kinerja dan tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran pada SMA PGRI Pulau Harapan Banyuasin III, sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari kedatangan guru yang selalu tepat waktu dan selalu melakukan proses pembelajaran yang baik dengan harapan apa yang dijelaskan akan dipahami oleh siswa.
§ Mengidentifikasi sarana dan kelengkapan penunjang. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran? Harus diakui secara umum, jika berkaitan dengan saran dan prasarana penunjang dalam proses pembelajaran pada SMA kami masih banyak kekurangan, pada SMA ini hanya menggunakan buku paket saja. Untuk sumber belajar yang lain belum tersedia, khususnya untuk mata pelajaran sejarah.
§ Mengidentifikasi kebijakan sekolah. Bagaimana kebijakan-kebijakan sekolah dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran? Sejauh ini kebijakan-kebijakan yang ada sudah dirasakan cukup baik.
§ Mengidentifikasi iklim sosial dan iklim psikologis. Bagaimana suasana disekolah? Apakah sekolah memiliki iklim yang baik sehingga dapat mendukung keberhasilan dalam setiap program? Iklim sosial yang ada pada SMA PGRI Pulau Harapan sejauh ini sudah terjalin dengan baik antara semua unsur sekolah; sedangkan iklim psikologis yang berkaitan dengan suasana kebersamaan antara semua unsur sekolah juga sudah terjalin dengan baik.
Dengan demikian, secara keselurahan analisis performance pada SMA PGRI Pulau Harapan Bayuasin III, sudah cukup baik hanya saja masih kekurangan dalam kelengkapan sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran.
4. Mengidentifikasi Kendala Beserta Sumber-sumbernya
Dalam pelaksanaan suatu program berbagai kendala bisa muncul sehingga dapat berpengaruh terhadap kelancaran suatu program. Kendala pada mata pelajaran sejarah pada SMA PGRI Pulau Harapan Banyuasin III diantaranya adalah kekurangan media pembelajaran. Karena strategi pembelajaran sejarah yang biasa digunakan adalah strategi ekspositori peran guru cenderung lebih dominan. Pemilihan strategi ekspositori berdasarkan karakteristik materi yang dominan pada konsep dan prinsip, serta lebih abstrak. Sementara sumber belajar langsung berupa alat atau model yang tersedia terbatas.
5. Identifikasi Karakteristik Siswa
Tujuan utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan berbagai problema yang dihadapi siswa, oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan siswa adalah bagian dari need assessment. Identifikasi yang berkaitan dengan siswa diantaranya adalah; tentang usia, jenis kelamin, level pendidikan, tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar dan sikap (Sanjaya,2008:99).
Berdasarkan identifikasi yang berkaitan dengan siswa diatas dapat diambil secara garis besar bahwa gaya belajar siswa ada yang gaya belajar visual, auditori, kinestetik dan ada juga gabungan dari ketiga gaya belajar tersebut hanya saja biasanya satu gaya yang mendominasi. Sedangkan pada tingkat sosial ekonomi, jika dilihat dari penghasilan orang tua siswa banyak berasal dari keluarga yang mapan dengan diimbangi hubungan sosial yang baik.
6. Identifikasi Prioritas dan Tujuan
Dari kegiatan mengidentifikasi kebutuhan instruksional diperoleh jenis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tidak pernah dipelajari atau belum dilakukan dengan baik oleh siswa. Jenis pengetahuan, keterampilan dan sikap tersebut masih bersifat umum atau garis besar. Ia merupakan hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa setelah menyelesaikan sekolah. Karena sifatnya yang masih umum, maka disebut tujuan instruksional umum (Suparman,2001:75).
Tujuan instruksional dalam kawasan manapun harus dirumuskan dengan kata kerja operasional, serta yang menunjukkan kegiatan yang dapat dilihat. Dalam proses pembelajaran sejarah dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar (KD)/TIU. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
7. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah yang dimaksud disini adalah hasil analisis kebutuhan untuk merumuskan tujuan instruksional umum (TIU), yang sekarang disebut sebagai Kompetensi Dasar (KD), yang pada prinsipnya fungsi antara TIU dan KD sama saja hanya dalam penyebutan istilah yang berbeda. Dalam makalah ini akan lebih cenderung menggunakan istilah kompetensi dasar (KD).
Kompetensi dasar mata pelajaran sejarah dirumuskan berdasarkan struktur keilmuan sejarah dan tuntutan kompetensi lulusannya. Jika melihat pada standar kompetensi mata pelajaran sejarah adalah kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan siswa untuk mata pelajaran sejarah; kompetensi mata pelajaran sejarah yang harus dimiliki siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan SMA dalam mata pelajaran sejarah. Sesuai dengan pengertian tersebut maka standar kompetensi mata pelajaran sejarah adalah kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan siswa untuk mata pelajaran sejarah (Depdiknas,2006).
Berdasarkan penjabaran diatas maka akan dicoba untuk menyusun kompetensi dasar (KD). Dengan standar kompetensi yang telah ditentukan yaitu “Memahami Prinsip Dasar Ilmu Sejarah”. Berdasarkan langkah-langkah Analisis Kebutuhan yang telah dilakukan diatas, maka dalam merumuskan kompetensi dasar perlu diperhatikan karakteristik Standar kompetensi (SK), melalui telaah kata kerja operasional yang digunakan. Untuk kompetensi yang menuntut penguasaan konsep dan prinsip menggunakan kata kerja operasional yang sesuai dan berbeda untuk kompetensi yang menuntut kemampuan operasional atau prosedural.
Sehingga timbul pertanyaan kenapa KD diperlukan? Karena KD merupakan tolak ukur akan keberhasilan standar kompetensi (SK) mata pelajaran, melalui KD dapat diharapakan bahwa keberhasilan itu akan tercapai, dimana nantinya KD ini akan terbagi dalam sub-sub judul kecil yang disebut indikator. Indikator harus memadai sehingga mencapai kompetensi yang diperlukan. Keseluruhan indikator dalam satu KD minimal harus mencapai tingkat kompetensi dalam KD, meskipun dapat dikembangkan lebih tinggi jika kondisinya memungkinkan.
Berikut ini akan dijabarkan KD yang merujuk pada standar kompetensi “Memahami Prinsip Dasar Ilmu Sejarah”. Penjabaran standar kompetensi (SK) menjadi Kompetensi Dasar (KD) berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan sebelumnya.
Penjabaran Standar Kompetensi (SK) Menjadi Kompetensi Dasar (KD).
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami prinsip dasar
ilmu sejarah 1.1.Menjelaskan pengertian ruang lingkup
ilmu sejarah.
1.2.Mendeskripsikan tradisi sejarah dalam
masyarakat Indonesia masa pra-aksara
dan masa aksara.
1.3.Menggunakan prinsip-prinsip dasar
penelitian sejarah
Berikut ini akan dijelaskan satu perstu mengenai KD diatas kenapa harus diberikan kepada siswa? KD harus diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mempermudah penyampaian materi pelajaran kepada siswa karena sifatnya sebagai kompetensi dasar yang harus dicapai oleh setiap siswa yang nantinya dalam penjabaran akan menjadi indikator-indikator yang disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan sekolah.
Untuk KD yang pertama 1.1. Menjelaskan pengertian ruang lingkup ilmu sejarah kenapa KD ini harus diberikan kepada siswa?
Pada KD ini nantinya siswa akan dapat menjelaskan segala sesuatu yang termasuk dalam ruang lingkup ilmu sejarah, pada KD ini siswa akan dapat mengetahui apa pengertian sejarah baik secara umum maupun khusus, manfaat sejarah, pengertian sumber, bukti dan fakta sejarah serta periodesasi dan kronologi sejarah Indonesia. Yang nantinya ketercapaian KD ini akan dilihat dari keberhasilan yang dicapai siswa melalui indikator-indikator yang dijabarkan.
Untuk KD yang kedua 1.2. Mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara kenapa KD ini harus diberikan kepada siswa?
Karena pada prinsipnya sejarah bersifat kronologis. Oleh karena itu, dalam mengorganisasikan proses pembelajaran sejarah haruslah didasarkan pada urutan kronologis peristiwa sejarah. Dengan adanya KD ini siswa akan dapat menjelaskan tradisi sejarah pada masyarakat pra-aksara dan masyarakat pada masa aksara, yang nantinya akan dijabarkan dalam indikator-indikator yang mudah dipahami siswa.
Untuk KD yang ketiga 1.3. Menggunakan prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah, kenapa KD ini harus diberikan kepada siswa?
Dengan adanya KD ini siswa akan dapat menjelaskan mengenai prinsip-prinsp dasar penelitian sejarah, baik prinsip sebab-akibat dalam kajian sejarah maupun prinsip kronologis dalam kajian sejarah.
Berdasarkan analisis diatas maka dengan adanya KD dapat mempermudah seorang guru dalam mengembangkan bahan ajar, yang disesuaikan dengan indikator-indikator yang akan dijabarkan, karena indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Kesimpulan
Analisis kebutuhan adalah penelusuran tentang proses belajar, kebutuhan peserta didik serta harapan yang harus dicapai dalam proses belajar lanjutan. Analisis kebutuhan bermanfaat antara lain untuk :
§ Rumusan tujuan pembelajaran serta analisis tugas yang harus dilaksanakan;
§ Pengalaman belajar yang harus dimiliki
§ Dukungan dan hambatan terhadap proses belajar
Analisis kebutuhan disusun berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:
§ Pengumpulan informasi
§ Identifikasi kesenjangan
§ Analisis performance
§ Identifikasi hambatan dan sumber
§ Identifikasi karakteristik siswa
§ Identifikasi prioritas dan tujuan
§ Merumuskan masalah
Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada mata pelajaran sejarah, terdapat kesenjangan dalam hal ketersediaan media pembelajaran. Karena sifat pembelajaran sejarah cenderung abstrak, sehingga sangat diperlukan sarana dan prasarana penunjang dalam proses pembelajaran agar KD yang diharapkan akan dapat tercapai oleh siswa-siswa.
Daftar Pustaka
Prawiradilaga, Salma Dewi. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran. UNJ: Jakarta
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana: Jakarta
Suparman, Atwi. 2001. Desain Instruksional. Depdiknas: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar