Dengan demikian, belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Karenanya pemahaman yang benar tentang konsep belajar sangat diperlukan, terutama bagi kalangan pendidik yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah belajar digunakan secara luas. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang disebut belajar itu muncul dalam berbagai bentuk.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membahas mengenai : “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar”.
1. DEFINISI BELAJAR
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Dengan demikian belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Dibawah ini akan diuraikan beberapa definisi belajar menurut ahli :
- learning is shown by a change in behavior as a result of experience (Cronbach, 1954: 47).
- learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (Spears, 1955: 94)
- learning is a change in performance as a result of practice (Skinner, 1958: 109).
- learning is process by which an activity originates or is change through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from change by factors not attributable to training (Hilgard, 1948: 4).
- Learning is the process by which human being acquire a vast variety of competencies, skills, and attitudes (Bell-Gredler; 1986).
- Lester D. Crow and Alice Crow (1958; 225).
- Learning is the set of cognitive processes that transforms the stimulation from the environment into the several phases of information processing required for acquiring a new capability (Gagne and Briggs; 1979).
- Sumardi Suryabrata(2002) belajar adalah suatu proses yg mempunyai 3 ciri: 1. membawa perubahan 2. didapatkanya kecakapan baru 3. perubahan tersebut karena usaha.
- Learning is a change in a person’s mental structure that provides the capacity to demonstrate change in behavior (Paul Eggen and Don Kauchak; 1997).
- Learning is view as a self regulatory process of struggling with the conflict between existing personal models of the world and discrepant new insight, constructing new representation and models of reality as a human meaning- making venture with culturally developed tools and symbols, and further negotiating such meaning through cooperative social activity, discourse and debate (Catherine Twomey Fosnot dkk; 1996).
Dari berbagai pengertian belajar yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa :
· Belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan dan sikap yang baru.
· Proses belajar melibatkan proses-proses mental internal yg terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi social.
· Hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku(kognitif, afektif, psikomotorik).
· Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatif permanent.
Ciri-Ciri Perubahan Sebagai Hasil Belajar
Dilihat dari definisi belajar di atas, maka tidak semua perubahan perilaku yang terjadi pada individu dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Menurut Ahmadi dan Supriyono (dalam Khodijah : 2006), suatu proses perubahan baru dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri :
- Terjadi secara sadar
- Bersifat fungsional
- Bersifat aktif sementara
- Bersifat aktif dan positif
- Bukan bersifat sementara
- Bertujuan dan terarah
- Mencakup seluruh aspek tingkah laku.
BENTUK-BENTUK BELAJAR
Menurut Muhibbin Syah (dalam Khodijah : 2006), bentuk-bentuk belajar yang umum dijumpai dalam proses pembelajaran antara lain :
· Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang abstrak.
· Belajar Ketrampilan
Belajar ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan.
· Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah memahami masalah-masalah sosial dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
· Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.
· Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan sistematis. Tujuannya adalah untuk memperoleh berbagai kecakapan mengunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Belajar ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah.
· Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras secara kontekstual, serta selaras dengan norma-norma dan tata nilai moral yang berlaku.
· Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah afektif .
· Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.
(Khodijah : 2006).
Dengan demikian, belajar merupakan sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, ketrampilan dan sikapyang baru, dimana proses belajar juga melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi sosial.
TAHAPAN-TAHAPAN DALAM BELAJAR
Menurut Albert Bandura (dalam Khodijah : 2006), dalam proses belajar siswa menempuh empat tahapan, yaitu :
· Tahap Perhatian (attentional phse)
Pada tahap perhatian, siswa memusatkan perhatian pada objek materi. Pada umunya siswa lebih memusatkan perhatian pada stimulus yang menonjol atau menarik bagi mereka.
· Tahap Penyimpanan Dalam Ingatan (retention phase)
Pada tahap penyimpanan dalam ingatan, informasi materi yang disajikan ditangkap, diproses, dan kemudian disimpan dalam memori.
· Tahap Reproduksi (reproduction phase)
Pada tahap reproduksi, semua informasi dalam bentuk kode-kode simbolis yang tersimpan dalam memori diproduksi atau dimunculkan kembali.
· Tahap Motivasi (motivation phase)
Pada tahap motivasi, semua informasi yang telah tersimpan dalam memori diberi penguatan (reinforcement).
(Khodijah : 2006).
Berdasarkan pengertian tahapan-tahapan belajar diatas, maka secara tidak langsung terdapat kesinambungan antara proses tahapan-tahapan tersebut, yang akan mempengaruhi pada proses belajar siswa, karena tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian dalam sebuah proses belajar.
Secara garis besar, Suryabrata (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu : faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor dari dalam diri siswa).
Klasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar :
A. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Faktor eksternal sendiri meliputi 2 aspek :
1. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor –faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa (Sumadi ;2002).
Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers (1980), berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya (Syah : 2004).
Namun menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa Diantara siswa ada yang siap belajar pagi hari, ada pula yang siap pada sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan antara waktu dan kesiapan belajar siswa inilah yang menimbulkan perbedaan study time preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya. (Dunn,dkk, dalam Syah : 2004).
Namun demikian, menurut hasil penelitian mengenai kinerja baca (reading performance) sekelompok mahasiswa di sebuah universitas Amerika Selatan, tidak ada perbedaan yang berarti antara hasil membaca pada pagi hari dan sore hari. Bahkan mereka yang lebih senang belajar pada pagi hari dan di tes pada sore hari, ternyata hasilnya tetap baik. Sebaliknya, ada pula di antara mereka yang lebih suka belajar pada sore hari dan di tes pada saat yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan (Syah : 2004).
Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, tidak perlu dihiraukan. Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan system memori siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut.
2. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial ialah : orang tua, guru, teman-teman, tetangga dan masyarakat (Khodijah : 2006).
Orang tua diakui sangat berperan penting dalam belajar anak. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor orang tua sangat menentukan bagi kepribadian anak karena orang tua (kelurga) adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar lingkungan rumah siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh (slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi (Syah :2004).
B. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal meliputi dua aspek :
1. Faktor Fisiologis
Menurut Khodijah (2006), faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi belajar mencakup dua hal yaitu :
- Keadaan tonus jasmani
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Keadaan tonus jasmani ini sangat berkaitan dengan asupan gizi, pola istirahat dan olahraga. Hal ini penting sebab kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri (Khodijah : 2006).
- Keadaan fungsi fisiologi tertentu
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya akan menyulitkan sensory resister dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan iconic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut (Syah : 2004)
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar mencakup
1. Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber dalam Suryabrata, 2002). Menurut Wechler dalam Dimyati dan Mudjiono (2002), intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.
J.P. Chaplin (dalam Khodijah : 2006), mendefinisikan intelegensi sebagai : (a) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (b) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif dan (c) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, jadi harus diakui bahwa peranan otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peranan organ-organ tubuh lainnya lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.
2. Minat
Minat merupakan komponen psikis yang berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diminati (Khodijah : 2006).
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keingintahuan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikolog karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktr internal lainnya, seperti pemusatan, perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan (Reber dalam Syah, 2004).
Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaurhi kualitas pencapaian hasil belajar dalam bidang-bidang studi tertentu. Anak yang mempunyai minat terhadap suatu bidang studi memungkinkan anak untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
3. Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin), berfugsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajar yang dicapai seseorang. (Ahmadi dan Supriyono, 2004:83).
Menurut Davis dan Newstrom (dalam Khodijah : 2006), motivasi yang mempengaruhi cara-cara seseorang dalam bertingkah laku, termasuk belajar, terbagi atas empat pola, yaitu : (1) motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju dan berkembang, (2) motivasi berafiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif, (3) motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi dan (4) motivasi berkuasa, yaitu dorongan untuk mempengaruhi orang lain dan situasi. Keempat pola motivasi tersebut menggerakkan dan mendorong seseorang untuk belajar, baik secara simultan maupun secara terpisah.
Motivasi dibedakan menjadi 2 macam :
1. Motivasi intrinsik
Hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar.
2. Motivasi ekstrinsik
Hal dan keadaan yang berasal dari luar individu siswa, yang juga mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar.
Proses motivasi merupakan aktivitas yang sifatnya sangat individual. Seorang siswa mungkin termotivasi pada situasi tertentu dan siswa yang lainnya mungkin tidak termotivasi pada situasi yang sama dan sebaliknya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi juga memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar siswa. Jika siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka siswa tersebut akan mencapai prestasi yang tinggi.
4. Memori
Menurut Kartono (dalam Khodijah : 2006), memori atau ingatan adalah kemampuan untuk mencamkan, menyimpan dan mereproduksi kembali hal-hal yang pernah diketahui.
Memori adalah kemampuan untuk merekam, menyimpan dan mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari akan sangat membantu dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik (Khodijah, 2006).
Dengan demikian, memori mempunyai peran penting bagi seorang siswa untuk mencapai prestasi. Kuat atau lemahnya memori seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kelelahan kondisi fisik, akan mengalami kesulitan untuk mengingat sesuatu. Jadi memori memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam belajar apabila diikuti dengan kondisi fisik yang sehat.
5. Emosi
Definisi emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda-beda. Goleman (dalam Khodijah :2006) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Bagi manusia emosi tidak hanya berfungsi sebagai survival atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai ernegizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu emosi juga merupakan messenger atau pembawa pesan (Martin dalam Khodijah : 2006).
Dengan demikian, emosi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam keberhasil belajar seorang siswa. Jika seorang siswa mengalami emosi positif, maka sel-sel akan mengirim impuls-impuls positif dan proses belajar pun dapat terjadi. Sebaliknya, jika siswa mengalami emosi negatif , maka tertutup kemungkinan untuk timbulnya impuls-impuls yang mendorong siswa untuk belajar.
Apa yang telah dikemukakan diatas hanyalah sekedar penyebutan sejumlah aspek-aspek psikologis yang mempengaruhi belajar yang tentu saja dapat ditambah lagi, aspek-aspek tersebut tidaklah lepas satu sama lain, melainkan sebagai suatu keseluruhan (suatu kompleks) yang dapat mendorong keinginan anak untuk belajar.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan makalah, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :
· Belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan dan sikap yang baru.
· Proses belajar melibatkan proses-proses mental internal yg terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi sosial.
· Hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku(kognitif, afektif, psikomotorik).
· Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatif permanent.
· Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada 2 yaitu: faktor eksternal, meliputi : faktor non sosial dan faktor sosial, faktor internal meliputi : faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.
Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang IAIN Raden Fatah Press.
Sunarto dan Hartono, Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar