I. I. Latar Belakang
SMP Terbuka yang dirintis sejak tahun pelajaran 1978/1979 merupakan sekolah lanjutan tingkat pertama yang dirancang khusus untuk melayani para anak tamatan SD/MI/sederajat siswa usia 1315 tahun yang tidak dapat mengikuti pelajaran secara biasa pada SMP Reguler setempat, karena berbagai alasan yang antara lain : keadaan sosial ekonomi orang tua siswa, kendala transportasi dari dan ke SMP, kondisi geografis yang sulit, atau kurangnya waktu bagi anak untuk dapat belajar seperti anak-anak pada umumnya di SMP Reguler. Berbagai ragam kendala tersebut merupakan fenomena dan gambaran secara nyata dari kebanyakan siswa SMP Terbuka yang sebenarnya tetap berkeinginan untuk belajar hingga meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sebagai salah satu pola dalam pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, SMP Terbuka telah berjasa dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi para anak tamatan SD/MI/sederajat usia maksimal 18 tahun yang memiliki karakteristik khusus tersebut. Karakteristik dimaksud antara lain adalah rendahnya status ekonomi orang tua atau masyarakat dan keterpencilan tempat tinggal siswa, baik secara sosial maupun geografis yang sulit untuk dijangkau oleh pelayanan pendidikan, baik melalui SMP Reguler maupun jenis pendidikan lainnya yang setingkat. Di samping miskin harta, mereka pada umumnya juga miskin informasi.
Bila kita memandang sekolah sebagai suatu system, maka SMP Terbuka (SMPT) adalah suatu subsistem sekolah yang mempunyai cirri ; (1) siswanya lebih banyak belajar mandiri; (2) gurunya berbagi peran dengan orang (nara sumber) lain, baik yang ada disekitar lingkungan siswa, maupun yang terpisah jauh; (3) sumber belajarnya bervariasi, dengan bentuk utama bahan yang dikemas untuk belajar mandiri; (4) mempertimbangkan kondisi dan karakteristik siswa dalam penyelenggaraan belajar pembelajaran; (5) kegiatan belajar-pembelajaran tidak terjadwal pada tempat dan waktu yang ketat; (6) memanfaatkan lingkungan tempat tinggal anak didik sebagai sumber belajar (Miarso, 2007).
SMPT sebagai suatu sistem yang direncanakan pada tahun 1976 adalah salah satu bentuk pendidikan terbuka, yang merupakan aplikasi teknologi pendidikan. Sistem itu dirancang untuk dapat mengatasi masalah belajar khususnya bagi mereka yang karena berbagai macam kendala tidak memperoleh kesempatan untuk belajar yang lazim, sementara mereka mempunyai potensi untuk belajar, dan masih ada sumber belajar lain yang belum dimanfaatkan.
Kondisi negara Indonesia yang unik, serta perubahan besar yang terjadi dalam lingkungan global mengharuskan kita untuk mengembangkan sistem pendidikan yang lebih terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan tanpa memandang usia, jender, lokasi, kondisi sosial, ekonomi, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. Sistem tersebut kecuali memperluas kesempatan pendidikan, juga harus berfungsi dalam meningkatkan mutu pendidikan secara merata, meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan dan meningkatkan efesiensi dalam penyelenggaraan pendidikan. Sistem pendidikan tersebut adalah sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, yang merupakan subsistem dari sistem pendidikan nasional (Miarso, 299 : 2007, cetakan ke tiga).
Dewasa ini sistem pendidikan SMPT telah berkembang pesat dan menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan modern. Berbagai negara di dunia telah menjadikan sistem pendidikan jarak jauh ini sebagai salah satu alternatif dalam upaya memperluas kesempatan masyarakat memperoleh pendidikan. Di Indonesia, penyelenggaraan sistem pendidikan SMPT telah memiliki landasan legal formal dengan dimasukkannya sistem ini ke dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka pendidikan SMPT pun mengalami perkembangan. Dengan memanfaatkan teknologi maka daya jangkaunya menjadi semakin luas, dan efektifitasnya dalam menyampaikan materi pembelajaran juga semakin meningkat. Pada saat ini sistem pendidikan jarak jauh telah mengintegrasikan pula berbagai jenis media yang kemampuan interaktifnya semakin meningkat.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah mengenai Aplikasi teknologi pendidikan dalam pemerataan pendidikan.
I.3. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui landasan SMP Terbuka.
2. Untuk mengatahui tujuan dari SMP terbuka.
3. Untuk mengetahui komponen sistem SMP terbuka.
4. Untuk mengetahui perkembangan pola pembelajaran SMP Terbuka.
5. Untuk mengetahui aplikasi teknologi dalam Pemerataan Pendidikan
2.1. Landasan Falsafah SMP Terbuka
Berdasarkan pertimbangan ontologi, SMP Terbuka adalah suatu bentuk penerapan teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan sendiri diartikan sebagai suatu proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, gagasan, prosedur, peralatan dan organisasi untuk mengatasi masalah belajar manusia. Cara mengatasi masalah itu dilakukan dengan menganalisis kebutuhan atau mengidentifikasi alternatif, memilih dan menguji alternatif, melaksanakan, menilai, dan mengelola keseluruhan kegiatan. Teknologi pendidikan berpegangan pada falsafah ; agar setiap pribadi dapat mengembangakan kemampuannya seoptimal mungkin dengan menggunakan teknologi sebagai proses dan produk, selaras, dan serasi dengan perkembangan serta kebutuhan masyarakat dan lingkungan (Miarso, 2007).
Pertimbangan epistemologi, secara legal keberadaan SMPT berasal dari kebijakan pemerintah untuk memperluas kesempatan belajar. Pada tahun 1976 diidentifikasikan empat alternatif untuk perluasan kesempatan itu, yaitu;
1. Pembangunan gedung sekolah baru.
2. Penambahan daya tampung sekolah yang sudah ada (memperbesar rasio murid dan guru).
3. Mendirikan sekolah terbuka.
4. Menyelenggarakan pendidikan keterampilan. Setelah diuji kelayakannya berdasarkan kriteria waktu, tenaga, biaya dan organisasi akhirnya dipilih alternatif sekolah terbuka.
( Miarso, 2007).
Dengan demikian, secara konseptual adanya SMPT adalah untuk membuktikan bahwa konsep belajar mandiri dengan bimbingan yang minimal dari guru dilaksanakan dengan dikemabangkannya sumber belajar yang sengaja dirancang untuk keperluan belajar.
Cara mengusahakan pemerataan pendidikan juga tidak terlepas dari pertimbangan konseptual. Usaha itu dimulai dengan menafsirkan arti pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan dapat berarti;
1. Kesempatan untuk bersekolah yang merata, atau lazim disebut dengan istilah pendidikan semesata (Universal education);
2. Pemerataan mutu pendidikan, atau berarti menghilangkan kesenjangan mutu karena faktor sosial-ekonomis dan geografis;
3. Pemerataan kemungkinan memperoleh pendidikan dengan memberikan perlakuan yang berbeda termasuk subsisdi atau beasiswa kepada mereka yang tidak mampu, meliputi pula untuk mereka yang menyandang kelainan;
4. Pemerataan hasil perolehan pendidikan, yang berarti para lulusannya mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh penghasilan yang setaraf.
( Miarso, 2007).
Pertimbangan aksiologi, sesuai dengan dasar falsafah teknologi pendidikan maka manfaat SMPT pertama-tama ditujukan kepada peserta didik, yaitu agar dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan lanjut sesuai dengan kondisi mereka.
Bagi orang tua dan masyarakat SMPT membawa manfaat ;
1. Kegiatan sosial-ekonomi yang tidak terganggu;
2. Biaya dapat ditekan serendah mungkin;
3. Dihargainya anggota masyarakat yang mampu bertindak sebagai nara sumber;
4. Meningkatnya taraf pendidikan dasar yang diperlukan dalam menghadapi pembangunan dan perkembangan zaman;
5. Dikembangkannya sumber belajar baru yang berarti membuka kesempatan dimanfaatkannya sarana yang belum terpakai dan kemungkinan penambahan lapangan kerja baru.
Bagi pemerintah SMPT membawa manfaat;
1. Dapat dipercepatnya perluasan kesempatan belajar pada jenjang SMP;
2. Tidak diperlukannya biaya besar untuk pembangunan sekolah dan pengangkatan guru baru;
3. Meningkatnya partisipasi dan kepedulian masyarakat sehingga lebih memperingan tanggung jawab pemerintah;
4. Berkurangnya resiko/beban penghapusan.
( Miarso, 2007).
Dengan demikian, keberadaan SMPT tidak untuk mengubah atau memperbaharui lembaga/sekolah yang sudah ada, tetapi hanya mengambil manfaat maksimal dari sistem yang ada. Bahwa di kemudian hari ada penggabungan komponen-kompenen dalam subsistem masing-masing adalah karena pertimbangan efektivitas dan efesiensi, bukan untuk mengubah struktur atau fungsi.
2.2. Tujuan SMP Terbuka
Tujuan dari sistem SMPT adalah sebagai salah satu upaya atau subsistem pendidikan pada jenjang SLTP untuk membantu lulusan SD dan MI yang karena faktor sosial, ekonomis, geografis, waktu dan lain-lain tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP, tujuan institusional SMPT adalah;
- Memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di SD yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya;
- Mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat dan atau mengikuti pendidikan menengah (Kepmen Dikbud no. 054/U/1993 tentang SLTP).
(Prawiradilaga dan Siregar; 2007).
2.3. Komponen Sistem SMP Terbuka
Komponen SMPT sama dengan SMP Reguler. Perbedaannya hanya terletak pada strategi pembelajarannya. Komponen sistem SMPT meliputi siswa, kurikulum, dan proses pembelajaran, fasilitas belajar, tenaga kependidikan da penilaian hasil belajar.
1. Siswa
Calon siswa kelas I SMPT diutamakan anak-anak yang memenuhi ketentuan sebagai berikut;
§ Lulusan SD atau MI atau setara;
§ Berusia maksimal 18 tahun;
§ Anak putus SLTP/MTs di kelas I yang masih ingin melanjutkan ke SLTP.
2. Kurikulum
SMP Terbuka menggunakan kurikulum SMP yang berlaku. Dari garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) kurikulum SMP, dikembangkan lagi menjadi Garis Besar Isi Program Media (GBIPM) sebagai acuan untuk mengembangkan berbagai macam media belajar pada SMPT. GBIPM ini sering kali disebut sebagai kurikulum SMP Terbuka.
3. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada SMPT dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu; belajar mandiri dan atau berkelompok di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dan tutorial tatap muka di SMP Induk atau di tempat lain yang telah disepakati. Kegiatan belajar di TKB dilaksanakan 4-5 hari dalam seminggu, minimal 180 menit perharinya. Kegiatan belajar di TKB, siswa dibimbing dan diarahkan oleh seorang guru yang di sebut guru Pamong. Tugas guru pamong bukan mengajar, tetapi bertugas untuk mengelola, mengarahkan, membimbing, dan memotivasi siswa agar belajar. Kegiatan belajar tutorial lebih diutamakan untuk (1) memecahkan kesulitan-kesulitan siswa pada waktu belajar mandiri dan atau berkelompok di TKB, dan (2) melaksanakan kegiatan belajar yang memerlukan peralatan yang tidak mungkin dilakukan di TKB seperti Pratikum IPA.
Bebarapa teori pembelajaran dan aplikasinya yang perlu dijadikan dasar dalam pembuatan bahan pelajaran untuk SMPT misalnya adalah teori yang berdasarkan pada ”peristiwa pembelajaran (Gagne) dan elaborasi (Reigeluth)”.
Gagne (1977) berpendapat bahwa belajar itu merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode/perlakuan).
( Miarso, 2007).
Peristiwa pembelajaran (instructional events) adalah peristiwa dengan urutan sebagai berikut;
1. Menarik perhatian agar siap menerima pelajaran;
2. Memberitahukan tujuan pelajaran agar anak didik tahu apa yang diharapkan dalam belajar itu;
3. Merangsang timbulnya ingatan atas ajaran sebelumnya;
4. Presentasi bahan ajaran;
5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar;
6. Membangkitkan timbulnya unjuk kerja (merespon);
7. Memberikan umpan balik atau unjuk kerja;
8. Menilai unjuk kerja;
9. Memperkuat retensi dan transfer pelajaran.
Pola pembelajaran pada SMPT dapat dibedakan dengan pola instruksional sekolah reguler seperti dapat dijelaskan pada gambar-gambar berikut ini :
Pola Pembelajaran (diadaptasi dari Heinich)
1 2 3 4 5
Pada pengelolaan pembelajaran menyeluruh yang merupakan adaptasi dari Heinich (1970 dalam Miarso; 2007), dapat dibedakan dalam lima pola. Dalam sekolah regular, pembelajaran yang terjadi terutama pada #1 dan #2, atau kemungkinan juga pola #3 bila guru harus menggunakan media (termasuk buku teks) yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Sedangkan pada SMPT digunakan pola #3 ,#4 dan #5, yaitu masing-masing media yang sengaja dirancang (by design) dan digunakan oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar; guru yang berbagi peranan dengan media (materi pelajaran tertentu diberikan oleh guru, dan materi lainnya disajikan melalui media); dan media saja yang digunakan oleh siswa secara mandir
Pola Sistem Pembelajaran (adaptasi dari Morris yang dikutip Heinich)
Pola sistem pembelajaran berdasarkan konsep Morris seperti dikutip Heinich, dimana sistem pembelajaran yang digambarkan terdiri atas komponen guru saja, guru dengan media, dan media saja.
Dengan demikian, bahwa proses pembelajaran pada SMPT terdapat dua metode dalam proses pembelajaran dimana metode yang dipakai dapat disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan baik melalui metode belajar mandiri dan atau berkelompok di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dan metode tutorial tatap muka di SMP Induk atau di tempat lain yang telah disepakati. Dengan memanfaatkan pola pembelajaran yang ada dengan mengunakan atau tanpa menggunakan media yang telah tersedia.
4. Bahan dan Fasilitas Belajar
Bahan belajar utama SMPT adalah modul cetak. Modul ini disusun secara sederhana supaya dapat dipelajari secara mandiri atau sendiri oleh siswa. Dengan menggunakan modul siswa dapat memantau kemajuan belajarnya sendiri. Modul cetak ini ditunjang pula dengan media Audiovisual yang berupa program radio, kaset audio, program TV, kaset video, program VCD dan lain-lain.
SMPT pada dasarnya menggunakan fasilitas belajar yang ada pada SMP Induk atau yang sudah ada, seperti ruang belajar, perpustakaan, laboratorium, ruang ketrampilan, lapangan olahraga dan sebagainya. Semua ruang kelas SMP Negeri/Swasta sebagai induk SMPT dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh SMPT.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa bahan dan fasilitas belajar pada SMPT terdiri dari berbagai macam sumber baik yang bersifat paper based seperti modul maupun yang bersifat lebih modern seperti media Audiovisual yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber ataupun media dalam proses pembelajaran pada SMPT.
5. Tenaga Kependidikan
Pada SMPT mempunyai tenaga kependidikan, yaitu kepala Sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran (guru Bina), guru BK, guru Pamong, guru pamong khusus, dan tenaga tata usaha. Kepala SMP Induk otomatis menjadi Kepala Sekolah SMPT, untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari kepala sekolah SMPT dibantu oleh seorang wakil kepala sekolah yang diangkat dari salah satu guru senior pada SMP tersebut. Untuk pelaksanaan belajar mengajar melalui tatap muka, SMPT mempunyai sejumlah guru bina yang diangkat dari guru-guru mata pelajaran yang ada di SMP tersebut. Guru Bina pada SMPT minimal setiap mata pelajaran (yang ada dalam kurikulum) di bina oleh seorang Guru Bina.
Berikut ini saya mengambil contoh peranan Guru Dalam Pembelajaran Keterampilan Pada SMP Terbuka
1. Guru sebagai Pendidik
Sebagai pendidik guru wajib memberikan motifasi belajar anak, penanaman apresiasi dan penanaman sikap yang positif terhadap PPK.
2. Guru sebagai Pengajar
Sebagai pengajar guru pendidikan ketrampilan harus mampu menanamkan penguasaan berbagai kompetensi sesuai dengan jenis ketrampilan yang dipilih.
Dalam pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah:
§ Memperhatikan karakteristik jenis ketrampilan, kreatif, dan bermakna.
§ Menguasai bahan dan penggunaan alat, tekun dan produktif.
§ Memperhatikan minat kemampuan, dan perkembangan siswa.
§ Penerapan pelaksanaan teori dan praktek dilakukan secara terpadu.
§ Kegiatan praktek lebih di titik beratkan pada penguasaan proses.
§ Evaluasi dilakukan terhadap kegiatan persiapan, proses, dan hasil.
3. Guru Sebagai Pelatihan
Sebagai pelatih guru harus mampu memberikan frekuensi pelatihan yang teratur, berurutan melalui proses yang benar dan menuju pada dihasilkannya produk yang memadai. Dalam kegiatan pelatihan ini peran job sheet atau lembaran kerjaatau LKS sangat penting.
Secara skematis langkah kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Indikator Keberhasilan PPK
- Siswa yang ada di TKB yang mengikuti PPK minimal 20 orang.
- Jumlah siswa yang menguasai kompetensi jenis ketrampilan yang telah dirancang minimal mencapai 75 %.
- Produk yang dihasilkan dapat dipasarkan, dan mampu bersaing.
- Siswa mampu mencari peluang dalam pemasaran hasil.
Penyelenggaraan Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP Terbuka ini merupakan tanggapan positif terhadap fenomena yang secara umum muncul dalam kehidupan keseharian para siswa SMP Terbuka. Mengingat bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua mereka kebanyakan dalam keadaan du'afa, maka para siswa sebenarnya sudah terbiasa bekerja menurut kadar kemampuan masing-masing sejak mereka masih kecil. Oleh karena itu pendidikan keterampilan yang dilatihkan kepada siswa-siswa SMP Terbuka diharapkan akan dapat lebih memperkuat upaya Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama untuk mengembangkan potensi yang sudah mereka miliki selama ini.
Dalam melaksanakan Program Pendidikan Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka, kerja sama yang telah terjalin erat di antara Staf Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama dan Staf Pelaksana/Penanggung jawab Program-program SMP Terbuka selama ini, hendaknya tetap dapat terpelihara dan dipertahankan. Demikian pula kerja sama dengan Dinas-dinas terkait seperti Dinas Perindusterian dan lainnya yang berada di Kabupaten/Kota setempat perlu dilanjutkan, agar mutu hasil produksi keterampilan siswa-siswa SMP Terbuka semakin meningkat dan mampu bersaing dengan produk-produk sejenis yang telah beredar di pasaran.
Berbagai kondisi yang ada dalam penyelenggaraan program pendidikan keterampilan di SMP Terbuka, tentunya kita harus berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik. Untuk mengoptimalisasikan pelaksanaan PPK di masing-masing SMP Terbuka, arah pengembangan PPK dimasa yang akan datang adalah dengan menciptakan kemandirian mental dan intelektual siswa SMP Terbuka, menumbuhkan kesadaran siswa/i untuk maju dan mandiri dalam membangun usaha melalui keahlian yang diberikan, meningkatkan efektifitas waktu belajar, meningkatkan kemauan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Kegiatan yang dapat diberikan pada PPK adalah dengan memberikan penguatan Kapasitas Siswa SMPT melalui pelatihan yang intensif, menyediakan berbagai jenis keterampilan sesuai dengan minat dan bakat siswa, memberikan pendampingan terutama dalam memasarkan hasil keterampilannya, dan tentunya perlu evaluasi untuk setiap kegiatan.
6. Penilaian Hasil Belajar
Pada SMPT dikenal berbagai macam penilaian, yaitu tes akhir modul, tes akhir unit (akhir beberapa modul), akhir caturwulan, dan ujian akhir. Tes akhir modul dilakukan apabila siswa telah menyelesaikan suatu modul. Siswa yang memperoleh nilai tes akhir modul minimal 65 atau 65% diperbolehkan untuk melanjutkan ke modul berikutnya. Untuk menentukan kelulusan siswa SMPT dilaksanakan ujian akhir yang biasa disebut EBTANAS atau UAN. Pada pelaksanaan tes akhir caturwulan dan ujian akhir, siswa SMPT dicampur dengan siswa SMP Induknya. Bagi siswa SMPT yang lulus ujian akhir diberikan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang sama dan diperlakukan sama dengan STTB siswa SMP reguler.
2.4. Perkembangan Pola Pembelajaran
Pola pembelajaran pada SMPT dapat dibedakan menjadi dua yaitu pola belajar mandiri dengan pemanfaatan teknologi yang telah tersedia dan pola tutorial tatap muka. Keluwesan dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui tatap muka, belajar kelompok dan atau mandiri dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a. Alternatif I, Pola Tatap Muka di SLTP Induk
§ 4 hari pembelajaran dalam kelompok TKB = 16 jam
§ 2 hari pembelajaran tatap muka = 12 jam di sekolah Induk
§ Kegiatan belajar mandiri = 14 jam ditempat yang sesuai
§ Jumlah semuanya adalah 42 jam pelajaran.
b. Alternatif II, Pola Tatap Muka Kombinasi di SLTP Induk dan di TKB
§ 4 hari pembelajaran di TKB = 16 jam
§ 1 hari pembelajaran tatap muka = 6 jam di sekolah Induk
§ 1 hari pembelajaran tatap muka = 6 jam di TKB sistem guru kunjung
§ Kegiatan belajar mandiri = 14 jam
§ Jumlah semuanya adalah 42 jam
c. Alternatif III, Pola Tatap Muka Guru Kunjung
§ 4 hari pembelajaran di TKB = 16 jam
§ 2 hari pembelajaran tatap muka = 12 jam di TKB sistem guru kunjung
§ Kegiatan belajar mandiri = 14 jam di tempat yang sesuai
§ Jumlah semuanya adalah 42 jam
d. Alternatif IV, Pola Temu Wicara melalui Radio Interaktif
Apabila pada satu atau beberapa TKB di dalam lokasi SMPT kondisi geografisnya tidak efektif untuk dilaksanakan tatap muka, sistem guru kunjung, maka sebagai gantinya dapat dilakukan temu wicara melalui Radio Interaktif (RI) antara Guru Bina di Sekolah Induk dengan para siswa di TKB dan sebaliknya.
4 hari pembelajaran di TKB selama 16 jam (4 jam sehari)
2 hari kegiatan pembelajaran Temu Wicara = 12 jam oleh Guru Bina (melalui radio interaktif dari sekolah induk ke TKB-TKB).
Kegiatan belajar mandiri = 14 jam di tempat yang sesuai.
Jumlah semuanya adalah 42 jam pelajaran
2.5. Aplikasi TP Terhadap Pemerataan Pendidikan Melalui SMP Terbuka
Dalam penyelenggaraan proses pempelajaran pada SMPT penggunaan media tampaknya telah menjadi keharusan. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar bahan ajar pada SMPT disampaikan melalui berbagai jenis media, baik cetak maupun non cetak. Sepanjnag sejarah penyelenggaraan pendidikan pada SMPT, media telah digunakan sebagai sarana penyampai materi ajar. Adanya keterpisahan antara pengajar dengan peserta didik, maka diperlukan media sebagai sarana komunikasi yang menjembatani antara pengajar dengan peserta didik. Kehadiran media inilah yang menjadi salah satu ciri kesamaan diantara institusi penyelenggaran pendidikan SMPT di semua tempat. Sementara yang membedakan institusi yang satu dengan yang lain adalah pilihan jenis media yang digunakannya. Variasi penggunaan media antar institusi penyelenggaran Pendidikan SMPT sangat beragam mengingat banyaknya jenis media yang bisa dimanfaatkan mulai media yang sederhana sampai yang canggih. Berikut akan dibahas secara sekilas mengenai pemanfaatan Teknologi Pendidikan dalam proses pembelajaran;
Metode distance learning merupakan salah satu metode belajar secara mandiri dan terus menerus. Metode distance learning bukan merupakan fenomena baru karena kita telah mengenal Universitas terbuka dan SMP Terbuka. SMPT merupakan salah satu metode distance learning yang pada masa lalu proses belajar hanya memberikan modul pembelajaran dan peserta didik secara mandiri belajar dan meningkatkan pengetahuan. Saat ini seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka metode distance learning diarahkan pada e-learning/ electronic-learning.
Distance learning mempunyai beberapa definisi antara lain yang dikemukakan oleh Keegan, D.1995,”distance education & training result from the technological separation of teacher & learner which frees the student from the necessity of traveling to “a fixed place, at a fixed time, to meet a fixed person, in order to be trained” . Sedangkan e-learning mempunyai difinisi: the systematic use of networked multimedia computer technologies to empower learners, improve learning, connect learners to people and resources supportive to their needs, and to integrate learning with performance and individual with organizational goals (Goodyear, 2000 dalam Suradjijono 2005).
Proses pembelajaran pada SMP Terbuka Berbasis Teknologi adalah dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat lebih fleksibel, tidak tergantung pada satu tempat, dan tidak harus bertemu di tempat dan waktu yang sama. Proses ini menggunakan media teknologi dan bertujuan meningkatkan proses pembelajaran.
Proses distance learning (dalam SMP Terbuka) bisa secara synchronous, di mana pengajar dan peserta didik dapat berinteraksi dalam waktu yang sama walaupun tidak dalam satu tempat, seperti contohnya teleconference. Sedangkan Asynchronous, peserta didik dapat berinteraksi pada waktu yang tidak sama dan tempat yang tidak sama juga, contohnya media Compact-disk (CD), dan e-learning. Distance learning juga dapat memperluas jangkauan dan jumlah peserta didik (Kozlowski, 2002).
Learning Management System (LMS) merupakan lingkungan pembelajaran yang digunakan oleh pengajar dan peserta didik. Tempat pelaksanaannya pada Learning Support Cente (LSS). Dengan adanya LMS ini pengajar dapat memasukkan materi pembelajaran baik, tugas, forum diskusi, dan evaluasi, sedangkan peserta didik dapat men-down load materi, berdiskusi dengan pengajar dan teman. Dengan sistem ini sharing informasi dan sharing pengetahuan tidak bersifat hanya vertikal artinya tidak hanya dari pengajar tetapi juga dari peserta didik.
Distance learning (dalam SMP Terbuka) secara konsep sangat mungkin meningkatkan jumlah peserta didik, mempercepat peningkatan pengetahuan secara aktif adan mandiri, namun dalam pelaksanaannya memang tidak mudah. Persiapan infrastuktur sangat mempengaruhi keberhasilan dari pelaksanaan distance learning.
Kemudahan dan sistem yang lebih fleksibel dalam proses pembelajaran distance learning dalam SMP Terbuka harus diimbangi dengan keaktifan dan kemandirian peserta didik yang selalu mencari dan meningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Syarat lain yang juga harus dipenuhi oleh pengajar dan peserta didik untuk dapat mengikuti proses pembelajaran distance learning adalah kemampuan mengoperasikan komputer, kemampuan untuk up load, down load, kemampuan browsing dan searching, serta kemampuan bahasa Inggris karena banyak sumber dan jurnal yang menggunakan bahasa Inggris.
3.1. Simpulan
Landasan Falsafah SMP Terbuka
- Berdasarkan pertimbangan ontologi, SMP Terbuka adalah suatu bentuk penerapan teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan sendiri diartikan sebagai suatu proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, gagasan, prosedur, peralatan dan organisasi untuk mengatasi masalah belajar manusia.
- Pertimbangan epistemologi, secara legal keberadaan SMPT berasal dari kebijakan pemerintah untuk memperluas kesempatan belajar.
- Pertimbangan aksiologi, sesuai dengan dasar falsafah teknologi pendidikan maka manfaat SMPT pertama-tama ditujukan kepada peserta didik, yaitu agar dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan lanjut sesuai dengan kondisi mereka.
Tujuan SMP Terbuka
- Tujuan dari sistem SMPT adalah sebagai salah satu upaya atau subsistem pendidikan pada jenjang SLTP untuk membantu lulusan SD dan MI yang karena faktor sosial, ekonomis, geografis, waktu dan lain-lain tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP
Komponen Sistem SMP Terbuka
- Siswa
- Kurikulum
- Proses Pembelajaran
- Bahan dan Fasilitas Belajar
- Tenaga kependidikan
- Penilaian hasil belajar
http://education.feedfury.com/content/16330924sistem_pendidikan_nasional.html
Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Miarso, Yusufhadi. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Tirtarahardja dan Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta ; Rineka Cipta.
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, tentang Sisdiknas. 2007. Jakarta ; Sinar Grafika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar