PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR
Pendahuluan
Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan sekaligus berhak mendapatkan pendidikan dalam kehidupannya. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional antara lain disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Disebutkan pula bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh komponen bangsa. Tanpa dukungan dari semua pihak, maka tujuan pendidikan yang luhur tersebut hanyalah semboyan belaka.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas,2003). Dengan demikian, peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia dilingkungannya. Sesungguhnya sumber belajar itu banyak sekali jenisnya. Sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan. Selama ini, pemahaman tentang sumber belajar di sekolah masih terbatas pada guru dan buku saja. Padahal guru dan buku hanyalah sebagian kecil dari sumber belajar.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi yang semakin pesat akan dapat berpengaruh besar terhadap kegiatan pembelajaran baik disekolah maupun pendidikan luar sekolah. Sekolah seharusnya merupakan suatu pusat belajar bagi para siswa dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada. Pentingnya sumber belajar dalam kegiatan belajar tak bisa kita pungkiri lagi. Akan tetapi,sumber-sumber belajar yang ada sekolah dan lembaga pendidikan lain selama ini, umumnya belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, berbagai sumber belajar tersebut hanya akan berdaya guna jika sudah dikelola dan difungsikan secara maksimal dan terorganisir. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka sekolah sudah saatnya mengoptimalkan pengelolaan berbagai sumber belajar secara sistematis dan melembaga dalam bentuk Pusat Sumber Belajar (PSB) atau Learning Resources Centre (LRC).
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai salah satu Pusat Sumber Belajar yang terkait dengan Pengelolaan Pusat Sumber Belajar tersebut. Adapun Pengelolaan Pusat Sumber Belajar yang akan dibahas adalah Pengelolaan Pusat Sumber Belajar Perpustakaan.
A. Pengelolaan Pusat Sumber Belajar
Keberadaan Pusat Sumber belajar tidak akan berhasil mewujudkan tujuannya apabila tidak dikelola dengan baik. Dengan kata lain, keberadaan pusat sumber belajar memerlukan pengelolaan yang baik agar dapat memberikan manfaat bagi penggunanya. Hal ini karena pengelolaan merupakan sebuah bentuk pekerjaan yang mencakup pengkoordinasian sumber daya yang ada ke arah pencapaian sasaran organisasi (Rue dalam Sukorini:2007).
Pendapat lain mengatakan pengelolaan proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan aktivitas orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan tidak mungkin dapat dicapai oleh tindakan seorang individu (Harsey dan kenneth, dalam sukorini: 2007).
Jika dirujuk dari kedua definisi diatas, maka pengelolaan pada dasarnya merupakan upaya sistematis yang dapat meningkatkan pencapaian tujuan secara tepat dan hemat.
Menurut Sudirdjo (2007: 7), Pengelolaan Pusat Sumber Belajar adalah kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan, pengembangan/produksi, pemanfaatan sumber belajar (terutama bahan dan alat) untuk kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Kegiatan pengelolaan sumber belajar tersebut dilaksanakan oleh suatu bagian dalam lembaga pendidikan / sekolah yang disebut Pusat Sumber Belajar.
Kegiatan Pusat Sumber Belajar yang perlu dikelola dalam menunjang kegiatan pembelajaran adalah:
1.Kegiatan pengadaan bahan belajar, misalnya, buku, film, slide, dan sebagainya.
2.Kegiatan produksi / pengembangan bahan belajar.
3.Kegiatan pelayanan bahan belajar.
4.Kegiatan pelatihan pengembangan media pembelajaran.
Kegiatan Pengadaan Bahan Belajar
Kegiatan pengadaan adalah upaya untuk memperoleh bahan belajar, berupa bahan cetakan (buku, modul). bahan audio (kaset audio, CD, tape, dan lain-lain), bahan video (kaset video, VCD) yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Bahan-bahan tersebut dapat dibeli di toko buku atau lembaga produksi media yang bersifat swasta yang memproduksi media dan menjual ke umum untuk memperoleh profit atau keuntungan. Daapat juga bahan belajar diperoleh dari hibah (pemberian/sumbangan) dari individu atau lembaga-lembaga yang berminat membantu lembaga pendidikan dengan menyerahkan secara cuma-cuma bahan belajar yang bermanfaat untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut.
Terdapat satu unit kerja di Departemen Pendidikan Nasional yang bernama Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Nasional Departemen Pendidikan Nasional (dulu bernama Pustekkom Depdikbud singkatan Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) yang mempunyai fungsi untuk memproduksi dan mengembangkan berbagai media pembelajaran. Media yang diproduksi dan dikembangkan Pustekkom sebenarnya merupakan sumber belajar yang dirancang (by design), karena dikembangkan berdasarkan kurikulum sekolah yang berlaku saat itu, namun saat ini tercantum dalam Standar Isi sebagai dasar untuk mengembangkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Dengan demikian Pustekkom mempunyai peranan untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui penggunaan media pembelajaran oleh para guru dalam proses belajar dan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena media pembelajaran merupakan sumber belajar yang memang dirancang untuk kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran yang terdapat dalam media pembelajaran dapat memberikan kejelasan kepada murid atas materi pelajaran. Guru dengan demikian tidak lagi sibuk hanya bertindak sebagai sumber belajar utama untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, yang sering sulit dipahami oleh siswa karena sangat bersifat abstrak, dan akibatnya guru kurang mempunyai waktu untuk memberikan bimbingan secara individual kepada murid yang memerlukan.
Karena itu media pembelajaran yang dikembangkan dan diproduksi Pustekkom dapat dijadikan salah satu alternatif atau pilihan untuk dikoleksi Pusat Sumber Belajar dengan cara “membeli” atau lebih tepat “mengganti ongkos produksi” dengan mengkopi media yang diinginkan/diperlukan. Media pembelajaran produksi Pestekkom yang diinginkan untuk dikoleksi Pusat Sumber Belajar Sekolah dapat dipelajari pada daftar media yang terdapat dalam buku direktori media pembelajaran produksi Pustekkom yang dikeluarkan oleh Pustekkom.
Kegiatan Produksi (Pengembangan) Media Pembelajaran
Kegiatan produksi amat penting dan sangat diperlukan dilakukan oleh Pusat Sumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat Sumber Belajar harus mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegiatan diklat yang dilaksanakan, baik berupa bahan cetak maupun non cetak seperti bahan video, bahan audio, bahan belajar berbantuan computer, dan sebagainya.
Selama ini bahan belajar cetakan (printed materials) seperti buku, ensiklopedia, jurnal, hand-outs, diktat, dan sebagainya merupakan sumber belajar bahan yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran. Perpustakaan selama ini telah menunjukkan peran yang cukup efektif dalam melaksanakan fungsi ini. Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogram yang mampu berkomunikasi dengan peserta belajar, dan bahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak seperti kaset rekaman audio, kaset rekaman video, VCD, slide suara, filmstrip, film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri oleh Pusat Sumber Belajar, sehingga bahan-bahan belajar yang ada di diklat (PSB) dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan produksi dan pengembangan bahan atau media pembelajaran ini adalah walaupun kita sudah dapat menggunakan komputer pribadi (PC) untuk membuat transparansi maupun gambar-gambar grafis yang menarik, namun masih tetap diperlukan keterampilan dalam membuat bahan-bahan belajar yang murah (inexpensive materials) melalui penggunaan “letter guide” untuk menulis caption, membuat program animasi yang menarik, menempelkan gambar visual (mounting), memotret (still pictures), dan sebagainya. Kegiatan produksi (pengembangan) media amat penting untuk dilakukan oleh Pusat Sumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat Sumber Belajar harus mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah/madrasah.
Di atas telah dijelaskan bahwa untuk mempunyai koleksi sejumlah bahan (sumber) belajar untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran Pusat Sumber Belajar memperolehnya dengan jalan membeli bahan belajar di took bukua, lembaga produksi media swasta, ndan sebagainya. Selama ini Perpustakaan berperan cukup efektif dalam melaksanakan fungsi penyediaan bahan belajar cetakan (printed materials) seperti buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedia, hand-outs, diktat, dan sebagainya sebagai sumber (bahan) belajar yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran. Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogram sebagai media pembelajaran yang mampu berkomunikasi (berinteraksi) dengan peserta belajar, dan bahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak seperti kaset (rekaman) audio, kaset (rekaman) video, VCD, slide suara, filmstrip, film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri oleh Pusat Sumber Belajar, sehingga bahan-bahan belajar yang ada di PSB dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran secara optimal.
Agar mampu memproduksi bahan belajar yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah, baik yang bersifat “instructor dependent instruction” maupun “instructor independent instruction” sudah pasti diperlukan SDM yang mempunyai kemampuan di dalam merancang, memproduksi dan mengembangkan media pembelajaran. Selain itu juga diperlukan seperangkat sarana dan peralatan produksi yang memadai untuk memproduksi berbagai jenis media pembelajaran yang diperlukan. Dan sudah barang tentu juga diperlukan dana atau anggaran yang tidak kecil untuk melaksanakan kegiatan produksi media pembelajaran yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk itu PSB memerlukan sarana produksi seperti alat-alat grafis (misalnya berbagai jenis alat menulis/lettering guide, alat laminating, heat mounting press, dll, alat fotografi, audiorecording, videorecording, dsb). Tentu saja sarana produksi yang akan di-install di PSB tergantung pada banyak factor, termasuk jenis media pembelajaran yang akan dikembangkan (diproduksi) dan jumlah dana yang tersedia.
Kegiatan pelayanan Media Pembelajaran
Kegiatan pelayanan adalah fungsi yang langsung berhubungan dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh Pusat Sumber Belajar karena keberadaan PSB dengan semua personel dan sarana serta peralatannya adalah dimaksudkan untuk memberikan pelayanan berupa pemanfaatan berbagai jenis bahan dan media belajar untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Pelayanan yang diberikan dalam kaitan ini sesungguhnya sama dengan pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan di dalam membantu guru dan peserta belajar/siswa berupa peminjaman bahan-bahan cetakan untuk memudahkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Bahan-bahan yang dikoleksi Pusat Sumber Belajar yang dimanfaatkan baik oleh guru maupun peserta belajar dapat dibeli di tempat-tempat yang menjual bahan atau media yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah/madrasah misalnya toko buku, toko VCD dan atau kaset rekaman audio/video, atau dapat diperoleh melalui hibah dari lembaga-lembaga yang ada hubungannya dengan pendidikan/sekolah/madrasah seperti departemen, kedutaan luar negeri, dan sebagainya. Dalam jangka panjang tentunya PSB sendiri harus makin bertumbuh sehingga mempunyai kemampuan sendiri untuk memproduksi berbagai jenis media dan bahan belajar yang benar-benar dibutuhkan sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Untuk memudahkan pelaksanaan sirkulasi pelayanan bahan dan media belajar yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran tertentu, perlu mengklasifikasi bahan-bahan yang sudah berhasil diproduksi dan kemudian memberikan “entry number” untuk setiap bahan yang disimpan. Kita dapat menggunakan klasifikasi Desimal Dewey (DDC atau Dewey Decimal Classification) sebagai yang digunakan untuk mengklasifikasi buku-buku yang ada di perpustakaan.
Bila Pusat Sumber Belajar sudah berkembang dengan pesat, di mana koleksi media sudah cukup banyak jumlah dan jenisnya, pelayanan pemanfaatan media ini dapat diberikan juga kepada pihak-pihak lain di luar kepentingan sekolah sendiri, misalnya sekolah/madrasah lain.
Kegiatan Pelatihan Media Pembelajaran.
Fungsi pelatihan adalah fungsi keempat Pusat Sumber Belajar yang ditujukan untuk membantu pihak lain di luar sekolah/madrasah sendiri yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi dan mengembangkan bahan belajar. Media pembelajaran. Fungsi ini tentu saja baru dapat dikerjakan bila PSB sudah bertumbuh dan berkembang sedemikian rupa sehingga memiliki SDM yang memadai dalam produksi dan pengembangan media pembelajaran serta peralatan dan sarana yang memadai untuk mendukung kegiatan produksi dan pengembangan berbagai media pembelajaran.
B.Pengertian Perpustakaan
Untuk menguasai ilmu, pengetahuan dan keterampilan, seorang siswa tidak cukup hanya mengandalkan materi pelajaran dari guru dan buku latihan yang dimilikinya saja. Dia juga harus mencari dan mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari ke dua sumber utama tersebut, terutama yang berupa sumber bacaan, baik teks maupun gambar, yang pada umumnya termuat dalam buku. Dengan akses pada sumber-sumber tersebut, seorang siswa dapat memiliki wawasan yang lebih luas dan bervariasi, bahkan diketahui bahwa anak yang memiliki sumber pengetahuan yang banyak akan lebih mudah menguasai ilmu dan keterampilan yang diberikan di kelas. Kondisi ini dikenal sebagai literasi informasi:
...a set of abilities enabling individuals to "recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectively the needed information."(American Library Association, 1989).
Makna pernyataan ini adalah bahwa seorang yang memiliki sumber informasi adalah orang yang mengetahui kapan sebuh informasi dibutuhkan dan mampu menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakannya. Seorang siswa di dalam mencari ilmu dan pengetahuan harus memiliki kemampuan ini sehingga secara mandiri dia dapat menambah pengetahuan melalui informasi yang nantinya dapat dijadikan sebagai pengetahuan.
Fasilitas yang terdekat dan paling dapat menjangkau dan dijangkau oleh siswa adalah perpustakaan sekolah. Melalui perpustakaan inilah setiap siswa akan belajar mengenali jenis dan bentuk sumber informasi, baik format tercetak dan elektronik. Melalui perpustakaan siswa akan terbiasa menggunakan sumber informasi setiap kali akan mengambil sebuah keputusan, tidak lagi hanya berdasarkan kebiasaan, tebakan atau kebetulan. Melalui perpustakaan sekolah, seorang siswa akan belajar dan mengetahui kondisi di luar dunianya jauh sebelum mengalaminya sendiri, sehingga tidak ada kebingungan saat terjun ke dunia yang sesungguhnya.
Perpustakaan berkembang pesat dari waktu ke waktu menyesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi. Perkembangan tersebut juga membawa dampak kepada “pengelompokkan” perpustakaan berdasarkan pola-pola kehidupan, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi tadi. Istilah-istilah perpustakaan “membengkak” menjadi sangat luas namun cenderung mempunyai sebuah spesifikasi tertentu. Dilihat dari perkembangan teknologi informasinya perpustakaan berkembang dari perpustakaan tradisional, semi-tradisional, elektronik, digital hingga perpustakaan “virtual”. Kemudian dilihat dari pola kehidupan masyarakat berkembang mulai perpustakaan desa, perpustakaan masjid, perpustakaan pribadi, perpustakaan keliling, dan sebagainya. Kemudian juga dilihat dari perkembangan kebutuhan dan pengetahuan sekarang ini banyak bermunculan istilah perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan anak-anak, perpustakaan sekolah, perpustakaan akademik (perguruan tinggi), perpustakaan perusahaan, dan lain sebagainya (Surachman, 2005:1).
Namun dari sekian banyak istilah dan jenis perpustakaan tersebut, sebetulnya berdasarkan sifat dan golongan besar perpustakaan secara umum terbagi dalam sebuah bentuk perpustakaan khusus dan perpustakaan umum. Dimana dari kedua perpustakaan tersebutlah berkembang istilah lain yang disesuaikan dengan cara pengelolaan, pengguna, tujuan, teknologi yang digunakan, pengetahuan yang dikemas, serta tujuan perpustakaan didirikan.
C.Perpustakaan Ideal
Sesuai gagasan bahwa sebuah perpustakaan sekolah berperan dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar dan informasi siswa sekolah, maka perpustakaan tersebut perlu dibuat sesuai dengan gambaran ideal sebuah perpustakaan sekolah. Seperti apa gambarannya? Sebenarnya tidak rumit dan muluk dan semua sekolah seharusnya bisa melakukannya.
Menurut Rusmana (2008:3), gambaran bentuk perpustakaan ideal adalah sebagai berikut:
- Siswa-siswi memenuhi perpustakaan untuk melakukan kegiatan belajar, menggunakanreferensi untuk memecahkan masalah, dan menambah pengetahuan baru.
- Perpustakaan memberikan layanan sejak awal jam sekolah sampai satu atau dua jamsetelah selesai jam sekolah sehingga siswa dapat memiliki keleluasaan waktumenggunakan layanan perpustakaan.
- Guru menggunakan seluruh koleksi dan layanan perpustakaan untuk kepentingan prosesbelajar mengajar, baik dilakukan sendiri atau dengan menugasi siswa. Hal ini dapatdilakukan karena jam layanan perpustakaan yang panjang di atas jam sekolah.
- Guru dan pustakawan secara rutin bertemu dan berdiskusi di ruang perpustakaanmengenai koleksi dan jenis layanan yang seharusnya disediakan di perpustakaan.
- Pustakawan secara rutin memberi informasi mengenai koleksi dan layanan terbaru yangdisajkan kepada guru.
- Tenaga pengelola khusus menjalankan peran dan fungsinya untuk perpustakaan, dantidak kehabisan waktu oleh kegiatan mengajar, sehingga selalu ada untuk mendampingisiswa meningkatkan literasi informasi.
- Bekerja sama dengan manajemen sekolah, guru dan siswa, perpustakaan mengadakanberbagai kegiatan agar keberadaannya selalu diketahui dan menarik banyak pihak,baik dari dalam lingkungan sekolah seperti siswa, guru dan manajemen sekolahnya,maupun masyarakat luar, termasuk orang tua dan pemerintah setempat.
- Perpustakaan bekerja sama dengan masyarakat (orang tua siswa, komunitas pecintaperpustakaan, ikatan profesi pengelola perpustakaan) membangun dan memeliharakeberlangsungan perpustakaan agar selalu dalam kualitas yang tinggi.
- Perpustakaan memiliki tempat berdiskusi dengan penataan meja kursi yang menumbuhkan kenyamanan siswa sehingga mereka bisa berdiskusi cukup lama yang akan merangsangkreatifitas.
- Perpustakaan menjadi pusat informasi apapun (dari jadwal pelajaran, majalahdinding, sampai lowongan kerja) dari sekolah, dari siswa, maupun dari pihak luar.
D.Unsur Pengelolaan Perpustakaan
Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan perpustakaan yakni:
a. Pustakawan
Kunci sukses utama perpustakaan, apapun jenis dan bentuknya, adalah pustakawan yang mendedikasikan seluruh kemampuan dan kapasitasnya untuk memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan profil penggunanya. Untuk itu seorang pustakawan haruslah memiliki kecakapan dalam bidangnya. Idealnya sebuah perpustakaan sekolah paling sedikit dikelola oleh empat pustakawan yang masing-masing bertanggung jawab pada (1) collection development (riset, perolehan, pemilihan dan penyiangan bahan pustaka), (2) processing (klasifikasi, katalog, data entry, dan labbelling), (3) dissemination (sirkulasi, referensi, shelving, penataan ruang dan bentuk layanan), management (pengaturan dan pengawasan kualitas kerja, pembinaan hubungan dengan pengguna dan pihak terkait).
Agar pustakawan dapat menjalankan peran dan fungsi masing-masing dengan optimal, mereka harus mendapatkan pendidikan khusus di bidang perpustakakan (kuliah, kursus, diklat). Kemudian hasil pendidikan ini dilengkapi dengan pengalaman dan pergaulan yang luas dengan sesama pustakawan melalui berbagai kegiatan dan keterlibatan dalam organisasi perpustakaan pustakawan dan perpustakaan sekolah (salah satunya APISI).
b. Fasilitas Pengelolaan dan Layanan
Idealnya sebuah perpustakaan sekolah berada pada sebuah bangunan yang sengaja dibangun dan ditata khusus untuk perpustakaan dimana ruang dibagi sesuai fungsi masing-masing komponen manajemen perpustakaan. Idealnya juga gedung perpustakaan ini berlokasi di tempat yang paling mudah dikenali dan dicapai (tidak disudut bangunan sekolah atau di lantai paling atas).
Namun perpustakaan sebenarnya akan tetap dapat dijalankan dengan optimal dengan fasilitas bangunan yang sudah ada (tidak dibangun khusus), namun dengan penataan furnitur yang menarik dan memberikan kenyamanan. Untuk itu manajemen sekolah bisa berkonsultasi (kalau bisa yang gratis - bisa juga mahasiswa dari sekolah desain interior) kepada ahli tata ruang untuk mengatur penempatan perabotan. Dengan demikian siswa akan merasakan keleluasaan dalam bergerak di perpustakaan.
Jika memungkinkan sebaiknya meja kursi dan rak penyimpanan bahan pustaka (buku, majalah, peta sampai kaset dan CD formatted data) dibuat dengan rancangan khusus, atau minimal warnanya sehingga berbeda dengan perabotan kelas dan kantor. Perbedaan ini akan membuat siswa merasa bahwa perpustakaan bukan sebuah ruang “biasa saja,” tetapi sebuah fasilitas istimewa yang menarik untuk dikunjungi.
Untuk menumbuhkan rasa memiliki, sebenarnya akan lebih baik jika siswa diberikan juga kesempatan untuk mempercantik ruang perpustakaan dengan dekorasi yang sesuai dengan usia dan trend mereka. Dengan bimbingan guru dan pustakawan, maka dekorasi akan menarik tetapi tetap beretika dan sopan.
c. Koleksi
Pada umumnya sebagian besar koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari koleksi yang diperuntukan sebagai sumber utama kegiatan belajar berupa buku-buku pelajaran yang diwajibkan, baik yang diperoleh dari usaha sekolah sendiri ataupun buku wajib yang diperoleh atas bantuan Departemen Pendidikan Nasional. Koleksi ini menyebabkan suasana perpustakaan terasa monoton karena hampir semua koleksi berformat sama dan seragam.
Untuk itu sebaiknya perpustakaan sekolah menambah variasi koleksi dengan jenis bahan pustaka lain yang ‘berbeda’, misalnya koleksi yang bersifat hiburan seperti novel, buku cerita pendek, atau bahkan komik. Perpustakaan bisa juga mengoleksi majalah atau tabloid remaja yang dipilih khusus oleh pustakawan sehingga hanya yang pantas saja yang boleh ada. Koleksi khusus ini tidak harus didapatkan dengan membeli atau berlangganan, tetapi bisa juga merupakan sumbangan dari pihak yang menaruh perhatian pada perkembangan perpustakaan.
Cara lain yang dapat ditempuh adalah melalui kerja sama dengan penerbit di mana perpustakaan berperan sebagai ‘factory outlet’ dari produk terbitan (buku atau majalah) yang setelah beberapa waktu - berdasarkan perjanjian - dapat menjadi milik perpustakaan. Sebaiknya untuk kerjasama ini perpustakaan memiliki rak khusus atau rak display produk yang bermerk penerbit. Yang harus diperhatikan adalah bahwa penyeleksi koleksi yang boleh disajikan di perpustakaan sekolah adalah pustakawan sekolah, bukan penerbit.
d. Manajemen Bersama
The role of the teacher-librarian has evolved from "keeper of the books" to "information resource specialist." A teacher-librarian, besides being responsible for the daily operations of the school library resource centre, is a full instructional partner with classroom teachers. Teacher-librarians play a vital role in educating students to become information managers and lifelong learners. (University of Prince Edward Island, 1999)
Manajemen perpustakaan sekolah bukan sebuah tanggung jawab tunggal dari pustakawan, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama antara pustakawan, guru dan murid. Guru adalah rekan utama dalam menentukan dan memilih koleksi bahan pustaka dan kegiatan yang sebaiknya diadakan di dan oleh perpustakaan sekolah. Guru dan pustakawan berperan sangat vital untuk mendidik siswa untuk menjadi manajer informasi dan tetap belajar seumur hidup. Cara yang dapat dilakukan adalah melibatkan siswa dalam manajemen perpustakaan sebagai salah satu komponen pengelola perpustakaan sekolah. Cara ini merupakan cara yang sudah diterapkan di perpustakaan sekolah di negara maju yang terbukti menghasilkan siswa yang sangat kreatif dalam mencari dan menggunakan informasi.
Dengan melibatkan dan memberikan kepercayaan pada siswa untuk ikut mengelola, perpustakaan juga mendidik mereka untuk bertanggung jawab pada keadaan perpustakaan. Siswa akan menjadi paham apa yang masalah yang dihadapi perpustakaan dan berkreasi untuk mencari cara mengatasinya. Yang paling utama dalam manajemen perpustakaan sekolah adalah kemajuan peran pustakawan yang tadinya adalah “penjaga buku” ("keeper of the books") menjadi “ahli sumber informasi” (information resource specialist). Pustakawan menjadi orang yang mengetahui informasi apa yang paling diperlukan siswa dan bagaimana mendapatkannya. Dengan kemampuannya, seorang pustakawan akan mendidik siswa memiliki sumber informasi.
E.Faktor-Faktor Pendukung Lainnya
Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan satu hal yang tidak bisa dihindarkan akan masuk ke dalam proses perkembangan perpustakaan. Apalagi dalam perpustakaan khusus yang mengutamakan informasi yang muktahir dan serba cepat, maka penerapan teknologi informasi adalah kebutuhan mutlak. Hal ini terutama difokuskan pada teknologi yang memberikan kesempatan kepada pengguna untuk memperoleh informasi lebih luas, cepat, tepat, dan up to date, misalkan melalui fasilitas Internet, Database Online, Media Compact Disk, dan sebagainya.
Jaringan Kerjasama
Jaringan kerjasama perpustakaan adalah penting, terutama bagi perpustakaan khusus yang memiliki perhatian dalam bidang yang sama. Kerjasama ini akan banyak membantu untuk peningkatan layanan perpustakaan dan saling melengkapi layanan informasi antara satu perpustakaan dan perpustakaan lainnya dalam jaringan tersebut.
Pemasaran / Promosi
Pemasaran atau promosi adalah hal penting yang perlu dilakukan dalam sebuah perpustakaan khusus. Promosi bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi antara perpustakaan dan calon pengguna. Karena salah satu keberhasilan sebuah perpustakaan adalah dapat dilihat dari tingkat kunjungan pengguna dan pemanfaatan informasi (koleksi) oleh pengguna. Hal yang penting yang harus dipikirkan adalah dukungan dari manajemen, karena promosi mestinya termasuk dalam anggaran perpustakaan dan terintegrasi ke dalam proses perencanaan perpustakaan.
Dengan demikian, untuk mencapai gambaran ideal tentang kondisi perpustakaan sekolah, terdapat beberapa komponen yang secara berurutan atau serentak dibangun dan dikembangkan, seperti yang telah diuraikan diatas.
F.Simpulan
Pembangunan dan pengelolaan perpustakaan sekolah hanya dapat dilakukan dan menghasilkan kondisi yang ideal melalui kerjasama yang kompak antara pustakawan, guru, siswa dan manajemen sekolah. Perkembangan dan pemeliharaan koleksi yang merupakan tanggung jawab bersama dapat dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Untuk itu seorang pustakawan perpustakaan sekolah haruslah orang yang memiliki kemampuan membina hubungan dengan banyak pihak dari berbagai lapisan sosial dalam masyarakat. Pustakawan juga dituntut untuk selalu kreatif, inisiatif dan inovatif. Oleh karena itu idealnya pustakawan sekolah memiliki pendidikan khusus dalam bidang perpustakaan dan informasi dan tidak merangkap jabatan sebagai guru sehingga memiliki konsentrasi tinggi terhadap profesinya sebagai pustakawan.
Di atas semua itu, manajemen sekolah adalah pihak yang paling menentukan apakah sebuah perpustakaan di sekolahnya akan dapat terus berkembang atau mati. Manajemen sekolah harus sadar (atau disadarkan) bahwa perpustakaan di sekolahnya adalah sumber belajar yang utama yang jika dijalankan dengan dukungan kualitas yang tinggi, akan melahirkan siswa dengan kualitas yang tinggi, yang pada akhirnya akan mengangkat reputasi sekolah itu sendiri.
G.Daftar Pustaka
Rusmana, Agus. 2008. Membangun dan Mengelola Perpustakaan Sekolah yang Ideal.Bandung: UNPAD.
Sudarsono Sudirdjo. 2008. Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. http://purwanto.web.id/?p=114. Diakses Pada Tanggal 17 November 2009.
Surachman, Arif. 2005.Pengelolaan Perpustakaan Khusus. Yogyakarta: UGM.
Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail.
Purwanto. 2005. Jejak Langkah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PUSTEKOM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar