/ Miftahul Jannah: Media Grafis Pada Pembelajaran Sejarah Sumber: Agar Posting Blog tidak bisa di Copy Paste! | jagoBlog.com

Sabtu, 05 November 2011

Media Grafis Pada Pembelajaran Sejarah

A.      Pendahuluan

“Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataannya bahwa sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan di sepanjang waktu, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu.”
Pernyataan di atas saya kutip dari pendapat Dr Kuntowijoyo dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah. Sebagai intelektual yang mendedikasikan hidupnya untuk penulisan dan pengajaran Ilmu Sejarah, Pak Kunto benar ketika mengatakan bahwa sejarah itu perlu hingga kemudian ia ditulis, didokumentasikan.
Sejarah dalam tulisan atau dokumentasi ini menjadi sarana penting bagi kita dalam mempelajari kemajuan dan kemunduran yang terkandung dalam berbagai peristiwa di masa lalu. Dengan demikian, pelajaran dari peristiwa masa lalu yang sudah menjadi anasir-anasir sejarah berguna dalam memaknai hidup yang tengah berjalan demi kemajuan di masa depan. Di negeri ini, ilmu sejarah telah menjadi salah satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum, sejak sekolah dasar. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah sudahkah pembelajaran sejarah berjalan dengan baik?
Pada kenyataannya, pengajaran sejarah di banyak sekolah tak lebih dari transfer ilmu guru ke murid di dalam kelas melalui komunikasi satu arah. Murid hanya menjadi obyek pasif yang mempunyai kewajiban menghafal catatan yang diberikan guru supaya bisa menjawab soal-soal yang akan diujikan. Metode pengajaran sejarah semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah membosankan. Ia kemudian tak memberikan sentuhan emosional karena siswa merasa tak terlibat aktif di dalam proses pembelajarannya.
Metode pembelajaran yang kaku berakibat buruk untuk jangka waktu panjang dan berpotensi memunculkan generasi yang mengalami “amnesia (lupa atau melupakan) sejarah” bangsa sendiri.
Agar pembelajaran sejarah berhasil baik, metode yang digunakan harus bisa mengonstruk “ingatan historis” yang disertai dengan “ingatan emosional”. Metode pembelajaran satu arah yang ada selama ini hanya akan mengonstruk “ingatan historis”. Alhasil, siswa menjadikan sejarah hanya sebagai fakta-fakta hafalan tanpa adanya ketertarikan dan minat untuk memaknainya, pun menggali lebih jauh. Ingatan historis semata tak akan bertahan lama. Supaya ingatan “historis” bisa bertahan lama, ia perlu disertai “ingatan emosional”.
Kebanyakan metode pengajaran sejarah yang dilakukan disekolah-sekolah cenderung lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurangnya guru dalam menggunakan media. Sehingga dengan metode semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah membosankan. Yang kemudian tak memberikan sentuhan emosional karena siswa merasa tak terlibat aktif di dalam proses pembelajarannya.
Salah satu ciri media pengajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respons siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhanan dan bisa pula pesan yang amat kompleks.  Akan tetapi, yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan pengejaran yang interaktif yang dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar perorangan dengan menyiapkan kegiatan pengajaran dengan medianya yang efektif gunan menjamin terjadinya pembelajaran.
Hamalik (dalam Azhar 2004:15), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.
Di Indonesia, ilmu sejarah telah menjadi salah satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum, sejak sekolah dasar. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah sudahkah pembelajaran sejarah berjalan dengan baik? Pada kenyataannya, pengajaran sejarah dibanyak sekolah tak lebih dari transfer ilmu guru ke murid di dalam kelas melalui komunikasi satu arah. Murid hanya menjadi obyek pasif yang mempunyai kewajiban menghafal catatan yang diberikan guru supaya bisa menjawab soal-soal yang akan diujikan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penggunaan media pembelajaran khususnya media grafis dalam pembelajaran sejarah untuk. Dengan harapan adanya minat dan motivasi pada siswa untuk mengikuti pembelajaran sejarah, sehingga akhirnya akan berdampak pada peningkatan pencapaian hasil belajar.

B.       Media Grafis
Media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat grafis, forografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat terdorong dan terlibat dalam proses pembelajaran (Angkowo, 2007).
Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana media yang lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam symbol-simbol komunikasi visual.
Symbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relative murah ditinjau dari segi biayanya.
Media grafis termasuk dalam kategori media visual, karena media grafif merupakan tampilan gambar-gambar, kartun, foto-foto, karikatur dan sebagainya. Levie dan Lentz (dalam Azhar 2004:16), mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu  menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, 1985:
  1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
  2. Pembelajaran dapat lebih menarik.
  3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.
  4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
  5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
  6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.
  7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
  8. Peran guru berubahan kearah yang positif.

C.  Pembelajaran Sejarah

Manusia dikenal sebagai zoon historicon. Manusia adalah makhluk yang senantiasa membuat sejarah, memiliki dan menjadi sejarah. Sejarah berasal dari kata Syajara (bahasa Arab) yang berarti pohon atau asal-usul; history berasal dari kata istor/historia yang dapat diartikan “terjadi” atau orang yang “pandai/bijak”, atau “masa lampau umat manusia”.
Sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nila-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga masa kini (kurikulum, 2006).
Pengajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat dunia (Depdiknas, 2003).
Pada tingkat SMA dan MA pelajaran Sejarah bertujuan :
  1.  Mendorong siswa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang.
  2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
  3. Mengembangkan kemampuan intelektual dan ketrampilan untuk memahami proses perubahan dan berkelanjutan masyarakat.

Dengan demikian, fungsi belajar sejarah adalah untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun persepektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa depan di tengah-tengah perubahan dunia.ntuk pencapaian tersebut maka perlu adanya penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah, baik itu media yang bersifat grafis, auditori, visual diam, visual gerak dan sebagainya.

D.  Penggunaan Media Grafis Dalam Pembelajaran Sejarah
Seperti yang telah dikemukan pada bagian latar belakang, bahwa dalam proses pembelajaran sejarah banyak menggunakan metode ceramah, maka penulis akan mencoba menggunakan media grafis dalam proses pembelajaran sejarah. Terkait dengan proses pembelajaran sejarah maka dalam media grafis yang akan digunakan adalah beberapa media grafis (gambar-gambar) yang memang terkait dengan materi pelajaran sejarah.
Pembelajaran sejarah yang akan menggunakan media grafis diambil dari materi kelas XI. IPA mengenai “Akulturasi Antara Tradisi Lokal Budaya Hindu-Budha dan Islam di Indonesia”. Merujuk pada indikator tersebut maka materi yang akan dibahas adalah mengenai hasil-hasil budaya yang memang memiliki perpaduan antara budaya Hindu-Budha dan Islam. Pada materi tersebut, maka penulis akan menggunakan media grafis dalam pembelajaran ini, dengan penggunaan media grafis diharapkan adanya peningkatan hasil belajar untuk indikator tersebut.
Dalam pembelajaran sejarah yang terkait dengan indikator “Akulturasi Antara Tradisi Lokal Budaya Hindu-Budha dan Islam di Indonesia”.Penulis menggunakan program Power Point, dimana didalam program tersebut terdapat gambar-gambar grafis yang memang sudah dipilih dan disesuaikan dengan materi tersebut. Berikut adalah contoh penggunaan media grafis dengan menggunakan program power point:








E.  Simpulan
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan media pembelajaran. Dengan adanya media pembelahjaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah yang banyak bersifat abstrak dan harus tersususun secara kronologi.

F.   Daftar Pustaka

Purwanto. 2005. Jejak Langkah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PUSTEKOM.

Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail.

Tidak ada komentar: